Sabtu, Januari 31, 2009

Perjalanan....

Di ujung jalan kehidupan ini ada pintu yang mau tidak mau, rela atau tidak rela setiap insan akan memasuki, yaitu "KEMATIAN" di mana kedatangannya sangat mengejutkan dan menakutkan. Dari pintu itulah sesungguhnya akan terkuak tabir kehidupan yang hakiki, dan bahwa di balik kehidupan yang panah ini, Allah SWT telah menyediakan suatu KEHIDUPAN AKHIRAT yang lebih luas dari pada kehidupan dunia, yang keberadaannya tidak dapat digambarkan oleh akal tentang jangka waktu dan kadarnya.
Suatu kehidupan yang harus dijalani oleh setiap insan melalui proses yang sangat berat, sulit, sengsara, cemas, diliputi tangisan dan penyesalan bagi yang kafir dan bermaksiat kepada Allah ketika hidup di dunia. Namun bagi insan yang beriman dan bertakwa akan di jalaninya dengan penuh limpahan rahmat, ampunan dan naungan Allah dengan segala kemudahan.
Dedicated for : Santi"Emisi 2000"

Minggu, Januari 18, 2009

Sekilas Tentang Suku Baduy

Orang Kanekes

Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan Badawi atau Bedouin Arab yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo .

Wilayah

Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LU dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Wilayah yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut (DPL) tersebut mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 45%, yang merupakan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan). suhu rata-rata 20°C.

Bahasa

Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes 'dalam' tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.

Asal-usul

Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.

Pendapat mengenai asal-usul orang Kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mendasarkan pendapatnya dengan cara sintesis dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, serta cerita rakyat mengenai 'Tatar Sunda' yang cukup minim keberadaannya. Masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang sebelum keruntuhannya pada abad ke-16 berpusat di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang). Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, wilayah ujung barat pulau Jawa ini merupakan bagian penting dari Kerajaan Sunda. Banten merupakan pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung dapat dilayari berbagai jenis perahu, dan ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi dari wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasa wilayah tersebut, yang disebut sebagai Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa kelestarian sungai perlu dipertahankan. Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan yang sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat Baduy yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut (Adimihardja, 2000). Perbedaan pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa pada masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas Baduy sendiri dari serangan musuh-musuh Pajajaran.

Van Tricht, seorang dokter yang pernah melakukan riset kesehatan pada tahun 1928, menyangkal teori tersebut. Menurut dia, orang Baduy adalah penduduk asli daerah tersebut yang mempunyai daya tolak kuat terhadap pengaruh luar (Garna, 1993b: 146). Orang Baduy sendiri pun menolak jika dikatakan bahwa mereka berasal dari orang-oraang pelarian dari Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Menurut Danasasmita dan Djatisunda (1986: 4-5) orang Baduy merupakan penduduk setempat yang dijadikan mandala' (kawasan suci) secara resmi oleh raja, karena penduduknya berkewajiban memelihara kabuyutan (tempat pemujaan leluhur atau nenek moyang), bukan agama Hindu atau Budha. Kebuyutan di daerah ini dikenal dengan kabuyutan Jati Sunda atau 'Sunda Asli' atau Sunda Wiwitan (wiwitann=asli, asal, pokok, jati). Oleh karena itulah agama asli mereka pun diberi nama Sunda Wiwitan. Raja yang menjadikan wilayah Baduy sebagai mandala adalah Rakeyan Darmasiksa.

Kepercayaan

Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apapun", atau perubahan sesedikit mungkin:

Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.

Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.

Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya puun yang merupakan ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen (Permana, 2003a).

Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam.


Kelompok-kelompok dalam masyarakat Kanekes

Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001). Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik). Ciri khas Orang Baduy Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Kelompok masyarakat panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Baduy Luar, yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Baduy Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. Apabila Baduy Dalam dan Baduy Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka "Baduy Dangka" tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar (Permana, 2001).

Pemerintahan

Masyarakat Kanekes mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional, yang mengikuti aturan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan sistem adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat. Kedua sistem tersebut digabung atau diakulturasikan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perbenturan. Secara nasional penduduk Kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada di bawah camat, sedangkan secara adat tunduk pada pimpinan adat Kanekes yang tertinggi, yaitu "puun". Struktur pemerintahan secara adat Kanekes adalah sebagaimana tertera pada Gambar 1.

Pemimpin adat tertinggi dalam masyarakat Kanekes adalah "puun" yang ada di tiga kampung tangtu. Jabatan tersebut berlangsung turun-temurun, namun tidak otomatis dari bapak ke anak, melainkan dapat juga kerabat lainnya. Jangka waktu jabatan puun tidak ditentukan, hanya berdasarkan pada kemampuan seseorang memegang jabatan tersebut.

Berkas:Struktur_pemerintahan_baduy.gif

Pelaksana sehari-hari pemerintahan adat kapuunan (kepuunan) dilaksanakan oleh jaro, yang dibagi ke dalam empat jabatan, yaitu jaro tangtu, jaro dangka, jaro tanggungan, dan jaro pamarentah. Jaro tangtu bertanggung jawab pada pelaksanaan hukum adat pada warga tangtu dan berbagai macam urusan lainnya. Jaro dangka bertugas menjaga, mengurus, dan memelihara tanah titipan leluhur yang ada di dalam dan di luar Kanekes. Jaro dangka berjumlah 9 orang, yang apabila ditambah dengan 3 orang jaro tangtu disebut sebagai jaro duabelas. Pimpinan dari jaro duabelas ini disebut sebagai jaro tanggungan. Adapun jaro pamarentah secara adat bertugas sebagai penghubung antara masyarakat adat Kanekes dengan pemerintah nasional, yang dalam tugasnya dibantu oleh pangiwa, carik, dan kokolot lembur atau tetua kampung (Makmur, 2001).

Mata pencaharian

Sebagaimana yang telah terjadi selama ratusan tahun, maka mata pencaharian utama masyarakat Kanekes adalah bertani padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian dan asam keranji, serta madu hutan.

Interaksi dengan masyarakat luar

Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya Kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba ke Kesultanan Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat), melalui bupati Kabupaten Lebak. Di bidang pertanian, penduduk Baduy Luar berinteraksi erat dengan masyarakat luar, misalnya dalam sewa menyewa tanah, dan tenaga buruh.

Perdagangan yang pada waktu yang lampau dilakukan secara barter, sekarang ini telah mempergunakan mata uang rupiah biasa. Orang Kanekes menjual hasil buah-buahan, madu, dan gula kawung/aren melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.

Pada saat ini orang luar yang mengunjungi wilayah Kanekes semakin meningkat sampai dengan ratusan orang per kali kunjungan, biasanya merupakan remaja dari sekolah, mahasiswa, dan juga para pengunjung dewasa lainnya. Mereka menerima para pengunjung tersebut, bahkan untuk menginap satu malam, dengan ketentuan bahwa pengunjung menuruti adat-istiadat yang berlaku di sana. Aturan adat tersebut antara lain tidak boleh berfoto di wilayah Baduy Dalam, tidak menggunakan sabun atau odol di sungai. Namun demikian, wilayah Kanekes tetap terlarang bagi orang asing (non-WNI). Beberapa wartawan asing yang mencoba masuk sampai sekarang selalu ditolak masuk.

Pada saat pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, orang Baduy juga senang berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan syarat harus berjalan kaki. Pada umumnya mereka pergi dalam rombongan kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 orang, berkunjung ke rumah kenalan yang pernah datang ke Baduy sambil menjual madu dan hasil kerajinan tangan. Dalam kunjungan tersebut biasanya mereka mendapatkan tambahan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Rabu, Januari 14, 2009

Ikut Lomba Desain dan Mohon Dukungannya

Maaf sebelumnya...postingan kali ini agak nyeleneh dikit, tapi ada baiknya kok... Mungkin aja ada temen-temen PLF yang suka desain, terutama desain kaos... ini ada informasi lomba desain kaos yang hadiahnya lumayan tapi yang terpenting hasil karya kita dapat dinilai oleh banyak orang.

Saya (rakanaika/red) udah jadi aktivisnya KDRI (Kementerian Desain Republik Indonesia) dan banyak anak-anak UGM yang juga sudah jadi aktivisnya. KDRI sedang mengadakan lomba dalam mendesain kaos. Semoga info ini dapat bermanfaat untuk temen-temen PLF (terutama yang suka desain). Untuk informasi yang lebih lanjut klik aja gambar ini yaa...




Info lagi nih...tolong minta dukungannya dari teman-teman PLF untuk karya yang udah saya kirimkan. Ini nih salah satu karya dari anak PLF yang seneng desain...
(klik pada gambar untuk memberikan dukungannya)


Dukung karya ini yaa...menang tidak menang kita bisa bangga akan karya sendiri, Senang tidak senang kita bikin kaos sendiri...oke!

PS : Gimana kalo PALAFNE juga bikin lomba desain kaos yang bertemakan "ALAM"

Senin, Januari 12, 2009

Latsar 2008 "The Joker"


Karena terlalu menunggu tulisan dari temen2,......... Maka say putuskan untuk lagi2 menulis kegiatan latsar 2008 ( angkatan Joker). Dan lagi2 seperti biasa tulisan ini dari sudut pandang saya,.....

Rapatkan barisan.....

Titik kumpul kami di sebuah kost2an milik Imo, di daerah pogung,... kedatangan saya bersama rombongan menggunakan Avansa putih di kost imo sudah di tunggu oleh se gerombolan kawan lain dengan Panser milik Suryono. Pasukan kami terdiri dari

Panser Utama:

Suryono Family (Anak dan Istrinya ikut)

Bagong “Big Boy”

Kriting “ Kombespol”

Pujo “Distro Boy”

Panser Pendukung:

Imsak “penulis”

Ferdinan “Homo Boy”

Ainur “Galon”

Imo”Celat Boy”

Adit “.......... Boy”

Biasa tradisi kami pun mulai mengalir,.... Sambil menikmati 3 Buah Durian dari kebun Imo kami mulai bercanda,.... kali ini sasaran utama Kriting sebagai siswa Polisi yang harus selalu siap.

Sembari menunggu Pujo dan Adit yang sedang belanja Minuman Berakohol (Pesanan temen2) kami sibuk berbenah,.... Ainur sudah muali belanja di warung depan kost2an,.... ada yg menjalankan sholat Isya terlebih dahulu dan tetep melakukan introgasi terhadap ibu Polwan.

OK ..... semua sudah siap dan perjalan segera di mulai menuju Kinahredjo di rumah Lek Pujo.

Karena acara ini diadakan pada tanggal 31 Desember 2008 yang norta bene tepat pada malam tahun baru maka kami mencoba mencari jalan alternatif untuk menghindari macet,....

Brummmmm,.....ruuummmmm....mmmmmmmmm

Sukses kami tidak terkena macet,... tapi sukses pula ami muter yang jadinya malah lebih lama dari perkiraan,....

Leader pada kami selaku Panser pendukung,.... dgn driver Sudara Adit da Navigator Saudara Imo,......

Singkat cerita kmi sudah mulai memasuki kawasan kali kuning,.....

Dingin mulai terasa disertai rintik ujan,.....


Hoooooooaaaaaaalllaaaaaaaahhhhhh.................

Ternyata gak ada yang tau dimana rumah lek pujo,....

Terpaksa Pujo (selaku cucunya lek Pujo) dan Bagong (dengan alasan Olahraga) harus turun dari panser dan berjalan kaki untuk bertanya dan mulai menelusuri wilayah

Cari2,.... akhirnya ketemu juga,.....

Rumah yang memang berada di posisi yg dalam dan tertutup bangunan lain dan tertutup kandang Sapi (Mambu Phuooolllll........)

Di posko lek Pujo sudah menunggu kawan2 yang laen,....

Udik , Icik, Sukardiyanto,pakdhe, dan masih banyak yang lain,....

Lagi2 dengan bintang tamu Udik,..... ada Tips dari udik tentang cara mencari dia candi Borobudur.

“Kalian (kata udik) kalo mo ketemu saya gampang sekali,.... tinggl lompat pagar di aral Cani saja,.... nanti pasti kalian akan mudah bertemu saya....”

Pikir.........pikir...............pikir..............pikir..........

Ternyata setelah kita lompat,.. kita kan ditangkap oleh beberapa Satpam yg notabene dalah anak buah

udik,,,... setelah kena tangkap kita akan di antar keruangan udikuntuk mendapat hukuman,....

“Begitu ketemu saya (kata Udik lagi) kalian akan tetap saya hukum dengan push Up 50 X atau 100X?.... 50 x pak (jawab temen2) ya udah kalo gitu 75 X aja (jawab udik segera)

Prexxxxxx,.......... Kompak temen2 menjawab,....

“Ayo2 Mas2 dan mbak2 siap2 untuk masuk hutan” terdengar komando dari panitia,....

Kami pun bergegas packing,... tapi dasar wong tuo2 bergegas kam pun butuh waktu satu jam-an,..

Perjalan masuk hutan kami di pandu oleh Ade salaha satu panitia. Tim kami di pimpin oleh anaknya Suryono “Syifa”.... jadi apa pun yang terjadi Syifa harus tetap di depan,.....

Perjalan kami benar2 asik,... karena lama ndak masuk hutan walaupun hanya 15 menit perjalan cukup membuat nafas kami ngos2an,..... lagi2 nafas tuo,...

Di lokasi Camp ternyata sudah banyak juga temen2 yg lain,... ada kanibal, bebek, Aik,hatta,Sum,papo, dan banyak lagi yang lainnya,.....

Suasana pelantikan makin terasa,....

Obrolanpun berada di seputar memori diklat masing angkatan,....

Alkohol mulai di putar (bagi yang mau)

Rokok dinyalakan,...

Kopi panas ikut berperan,....

Meriah Euyyyyy,.............

Tak begitu lama acar penarikan peserta diklat pun mulai dilakukan,....

Oleh panitia penarikan di buat layaknya sebuah sinetron,... dengan tema cerita,....

Lapangan minta di hentikan latsarnya karena merasa gak puas dengan peserta, trus acara minta dilanjutkan,.....

Seperti Sinetron2 tayangan televisi,... Garing,.... Over acting,... Sedikit Lucu tapi Fals.......

Banyak dari kawan2 yang merasa aneh akan drama ini,.... karena seingat saya,... Konsep utama latsar yang dulu kami bangunan adalah:

Minim Bentakan

Tegas

mendidik

Dan menyakitkan

Apa yang terjadi kawan kenapa bisa begini?......

Baik lah,... kita lanjut lagi aja critanya,....

“Sinetron” ini diakhir ini dengan dinyalakannya kembang api di tengah Hutan yg gelap,.....

Menarik,.... Indah,.... keren,..

Tapi saya gak tau harus berbuat apa jika tiba kembang api tersebut menjadikan terbakarnya kawasan Hutan di kali kuning?.................

Pernah Liat dan tau,.... Mapala membkar Hutan?........ (Bisa terjadi malam itu,.....)

Selesai melihat “Sinetron”

Kami kembali lagi menuju Camp Utama untuk melakukan cara pelantikan,....

Lagi2 kami kecewa,...... Tapi kami juga menjadi percaya,.... kenapa angkatan ini dinamakan Angkatan “Joker”

Lucu,.... dan memuakan,....

ALASANNYA:............

1. Pada saat upacara pelantikan tidak ada ke Khimatnya sama sekali

2. Selama acara selalu bercanda

3. Tidak ada lagu2 yg dulu sering kami nyanyikan (Padamu Negri, bahkan mereka lupa akan lagu

kebangsaan Kita Indonesia Raya)

4. Doa yang ada hanya sekedar banyolan,....

5. Penciuman bendera pun di isi gurauan2 yang sama sekali gak penting.

Sudah gak relevan lagi kah,... makna Ritual di organisasi ini?......


Lanjuuuuuuuuuuttttttttttttt............................................................

Selesai acara tersebut diatas,.... yg gak tau apa maksudnya.....di mulailah acara makan2. Dengan nasi bungkus yang sudah siap dan air teh yang sudah jadi,.....

Lagi2..... gak ada cengkrama yang menarik di antara kita,........

Gak ada lagi kita liat senior melindungi yuniornya dengan melayani mereka memasak,... dan membuatkan hidangan yang hangat dan meriah,...

Kegiatan masak memasak dan saling melayani hanya ada di kumpulan kami,... orang2 yang masih kuno,.....

Bikin 4 gelas kopi susu untuk di minum rame2.... sambil bercerita tentang segala hal.....

Bikin Mie rebus untuk ganjal perut rame2 sambil bercanda satu dengan yang lain,....

Ohhhhh,.................. apa yang terjadi dengan organisasi ini?

Pemaksaaan miras pun mulai dilkukan,...

“Ayo Minum,.... laki2 kok gak minum Miras?.......”

Apakah dulu kita begitu?...........

Kan lebih enak kalo begini?...... siapa mau minum silakan ambil,.......?.......

Lanjuuuuuttttttttttttttttttt,......................

Mendakati pagi keadaan makin aneh,.....

Sudah tidak terdengar lagi gurauan kawan2,..... semua bergegas masuk dalam tenda hingga pagi hari,...

Pagi hari kebetualan saya bangun paling awal,......

Selesai sholat subuh saya ber keliling di areal Camp?.....

Untung Pagi ini kita di tengah hutan, bayangkan kalo tiba pagi ini datang koordinator D3 pasti palafne bakal bener2 di bubarkan,...

Bagaimana tidak,... botol2 minum beralkohol berserakan dimana2 ada Bir Bintang, Anggur Orang Tua, Anggur Merah, Mension House,.....




WOW,......

Karena capek melihat kondisi tersebut akhirnya saya putuskan

untuk membuat kopi dan menyalakan api Unggun sisa semalam,.....

Menghiraukan kondisi yang ada,... ternyata hutan masih merupakan tempat yang nyaman untuk bersantai di pagi hari,.....

Satu persatu temen2 mulai bangun dan mulai bergabung di api yang berhasil saya buat,.. menghangatkan diri,..... rame meriah cukup akrab,.....

Lagi2 suasana rusak,..... terjadi pemaksaan Miras sisa semalam,....

Duhhhh Gussstttiiiiiii,..............

Dari pada capek melihat hal tersebut saya bersama rekan2 yang lain segera bergegas menyiapkan diri untuk berangkat menuju base camp rumah lek Pujo,...

Di Base camp tanpa berlama lama juga kami bernjak pulang dengan singgah terlebih dahulu di Bebeng.

Bebeng,.... Wedang Gedang Yu Redjo,...... Kami datang,.......