Senin, November 24, 2008

Logo PALAFNE UGM



"Logo is the name for a philosophy of education and a continually evolving family of programming languages that aid in its realization. [Harold Abelson, Apple Logo, 1982]


PERHATIAN: Sobek sticker logo PALAFNE untuk mengunduh logo PALAFNE dalam berbagai format file, diantaranya file PDF, file CorelDraw X-3, dan file Adobe Illustator CS2. Semoga berguna dan dapat membantu.

Selasa, November 18, 2008

Kepompong - Sindentosca

ini ada demo lagu format mp3 & lyric nya, tapi jangan lupa beli CD nya ya.....
(download lagunya disini versi 1)
(atau disini versi 2)
>>>>>> buat persahabatan PALAFNE

Dulu kita sahabat
Dengan begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari

Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu

Kini kita berjalan berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karena sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karena ku sayang

Reff :
Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagi kepompong
na na na na na.. 


Semua yang berlalu 
biarkanlah berlalu 
seperti hangatnya mentari 

Siang berganti malam 
sembunyikan sinarnya 
hingga dia bersinar lagi

Dulu kita berjalan berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karena sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karena ku sayang


>>>>>> buat persahabatan PALAFNE

Jumat, November 14, 2008

SEBUAH IDE DARI THE COPET

Tulisan ini saya ambil dari mailist Palafne,.....

(email tgl 13 November 2008)

Salam Rimba !!!
Dua hari lalu Bondan PLF 98 berkunjung kerumah saya (tp gag bawa
oleh2), lalu kami ngobrol2, dari hasil obrolan setelah saya renungkan
saya punya ide mutakhir (sebenarnya sih adopsi dari tempat lain).
Kita adakan semacam acara tahunan yang melibatkan semua anggota aktif
dan anggota alumni. acara yang dalam benak saya diberi nama DOREMI
(dolan bareng alumni) merupakan ajang untuk lebih mendekatkan
hubungan antar anggota dan alumni sekaligus menjaga tali
persaudaraan. Acara bisa berupa Fun Camping dimana semua orang
terlibat aktif dalam acara (bisa ajak anggota keluarga) agenda acara
sendiri bisa dirembug misalnya sambung rasa, fun game dlll. Dalam
khayalan saya acara ini rutin diadakan misalnya setiap bulan juni
tanggal menyesuaikan (sabtu minggu)sehingga akan menjadi hari raya
bagi palafne yang ditunggu2 semua anggota, setiap bulan juni tiba
dengan antusias semua keluarga palafne yang berada diluar DIY
berbondong2 ke Jogja (hukumnya wajib bagi yang mampu/koyo haji)
dengan membawa pemikiran, ide, rasa kangen, harapan dsb....
piye? bermutu ra?
nek bermutu tak terusne sesuk

( Email lanjutnya,....)

pemilihan lokasi di jogja bukan karena aku ada di jogja, ato gak mau berkunjung ke tempat lain, tapi lebih karena tujuan awalnya adalah acara bersama antara anggota aktif dan alumni sehingga sudah seyogyanya alumni yang pulang ke kampung palafne. Selain itu kepanitiaan akan lebih mudah dibentuk ( lebih afdol lagi kalo menjadi salah satu agenda kegiatan tahunan palafne seperti latsar, endakian masal, suksesi dll) dan sarana akomodasi bagi saudara yang datang dari jauh lebih mudah, bisa dirumah anggota yang asli yk, bisa dikampus sekalian nostalgila, ato yang budget cukup hotel dijogja cukup variatif dalam harga. Ditambah lagi seperti layaknya hari besar keagamaan sudah sepantasnyalah saat hari DOREMI saudara2 kita kakak terrcinta menengok adik2nya dikampung palafne. BTW aku kembali kedunia khayal bentar ya......
Hari ini tanggal 13 maret 2012 sebulan terakhir dan mungkin beberapa bulan kedepan HPku berbunyi terus baik itu SMS maupun telpon dari teman2 lama alumni palafne, hampir semuanya menanyakan acara doremi tahun 2012 tanggal berapa? ada juga yang cuma SMS : Juni udah dekat loh ayo pada nabung buat DOREMI, ada lagi yang telpon gini : eh dikantorku mo ada rekruitment pegawai loh bilangin ma temen2 PLF yang hampir lulus ato barusan lulus yang berminat bekerja ditempatku kalimantan suruh nyiapin persyaratannya ntar pas Doremi kasih ke aku tak bawa kekantor sekalian. Ada yang mengeluh gini : wah anakku mulai ra sabar pengen cepet2 liburan sekolah trus dolan nang kampuse papa biyen, ada juga yang bilang eh bisnis jual beli paku yang aku jalani maju pesat loh, aku udah mulai kualahan ayo siapa yang mo gabung kerja sama bisnis ma aku besok pas doremi kita obrolin ya....Sementara anggota aktif mulai sibuk menyiapkan tempat buat doremi yang tahun ini akan diselenggarakan di Kalikuning karena tahun kemarin udah di pantai, bag. skretariat dikampus udah mulai menerimapendaftaran baik via e mail maupun telepon, bendahara sibuk cek transfer dari peserta bahkan pihak kampus menyiapkan penyambutan juga...... zzz zzzzzzzzzzz zzzzzzzzzz zzzzzzzzzz zzzzzz

Senin, November 10, 2008

MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN

Setelah mempelajari teknik memanjat dan menggunakan berbagai jenis pengaman kini anda siap untuk berlatih memanjat dengan mempergunakan tali pengaman. Tali yang dipergunakan biasanya berdiameter 9 mm atau 10 mm. Ada juga yang mempergunakan tali 11 mm. Kedua ujung tali dibuat simpul 8. Simpul pertama digabungkan ke harness orang yang akan bertindak sebagai leader. Simpul kedua digabungkan ke garness orang yang akan menjadi belayer. Perhatikan! Karabiner yang dipergunakan sebagai pengait harus berkunci. Dengan demikian belayer dan leader tergabung dalam satu tali tanpa ada risiko terlepas satu sarna lain.

Sebelum leader bergerak naik, terlebih dahulu belayer harus membuat anchor dengan piton, chock,atau natural anchor. Anchor yang dibuat harus mampu menahan hentakan ke atas jika leader terjatuh. Atau jika sudah berada pada ketinggian tertentu, anchor harus pula diperhitungkan untuk menahan beban hentakan dari atas dan tarikan ke bawah.



Anchor yang dibuat tanpa mempertimbangkan kedua hal diatas dapat membahayakan kedua pemanjat. Peralatan yang dibawa oleh leader hendaknya disesuaikan dengan lintasan yang dipanjat. jangan terlalu memberatkan tubuh dengan membawa peralatan yang tidak perlu. Rajinlah berlatih. Karena dengan sendirinya anda akan dapat meramalkan jumlah dan jenis peralatan yang seharusnya dibawa.



Setelah anchor terhambat dengan kuat barulah leader mulai memanjat. Berilah pemberitahuan terlebih dahulu kepada belayer agar ia siap menjaga anda. Pilihlah hold yang memungkinkan untuk bergerak dengan seimbang dan pasti. Berkonsentrasilah pada apa yang sedang anda lakukan. Bergeraklah dengan hati hati.

Jika sudah berada 2 atau 3 meter di atas belayer segeralah pasang runner untuk mengamankan gerakan selanjutnya. Masukkan main rope ke dalam karabiner yang terpasang.

Pada saat memasukkan main rope, perhatian harus terpusat pada pegangan yang hanya satu tangan. Setelah main rope terkait barulah leader sedikit lebih am an dari beberapa menit sebelumnya. Jika ia tiba-tiba terjatuh, ia tidak lagi akan menghempas dasar tebing di bawahnya. Belayer akan mengamankan dengan tali yang sudah ditahan oleh sistem pengaman yang dipergunakannya.

Pemasangan runner yang ideal untuk keamanan berjarak 2 atau 3 meter satu sama lain. Misalnya jarak dari runner terakhir 3 meter, maka jika leader terjatuh jarak ini di kali dua dan ditambah jarak akibat lenturan tali dan tali yang kendur. Jika runner tersebut ambrol maka jarak jatuh akan bertambah dua kali dari jarak runner dibawahnya.



Untuk itu, segeralah memasang runner tanpa harus memperhitungkan mudah sulitnya lintasan. Pada lintasan mudahpun bahaya tetap mengancam. Baik karena terpeleset, tertimpa batu, pegangan ambrol, atau pun terkejut oleh tokek, ular, dan kalajengking yang kerap ditemui di tebing-tebing. Setiap kali memasang runner periksalah terlebih dahulu apakah sudah cukup am an dengan cara menyentakan dari berbagai arah. Setelah yakin dengan kekuatannya barulah leader bergerak ke atas.

Pemasangan runner harus memperhatikan lancar tidaknya main rope agar gerakan tidak terganggu. Salah satu cara untuk memperlancar main rope ialah dengan memanjat pada lintasan yang lurus. Atau, jika lintasan tidak lurus, usahakan menjaga tali agar tetap lurus dengan menambahkan webbing atau sling.

Pilihlah lintasan yang tidak terlalu sulit sebelum menguasai teknik pemanjatan dengan baik. Berlatihlah terus. Sedikit demi sedikit alihkan latihan pada lintasan yang semakin sulit. Yang penting, penguasaan teknik dahulu. jangan tergiur untuk memanjat ke tebing yang tinggi sebelum kemampuan teknis anda cukup memadai.

Setelah mencapai suatu teras tidak harus sepanjang tali akhirilah pemanjatan. Segeralah buat dua atau lebih anchor untuk mengamankan anda dan rekan yang akan naik.


Pastikan bahwa anchor itu mampu menahan berat badan anda berdua. Setelah aman beritahulah rekan anda untuk naik. Kini anda yang bertanggung jawab atas keselamatannya. Tariklah tali sedemikian hingga tegang, karena akan.memberi keleluasaan rekan anda sewaktu mencabut piton atau chock yang terpasang. Selain itu, juga untuk menjaga aga ia tidak terlalu jauh bila terjatuh. Tali yang kendur akan menyentak dengan keras apabila tiba-tiba rekan anda jatuh.


Dalam panjat tebing dikenal istilah yang berfungsi sebagai kode atau pemberian aba-aba yang disebut "climbing calls". Sedikit banyak ini penting diketahui sebab komunikasi antara leader dan belayer haruslah tepat dan jelas terdengar serta singkat. Komunikasi yang tidak lancar bisa berakibat fatal bagi keduanya. Di bawah ini diberikan istilah yang penting untuk diketahui bukan dimaksudkan untuk gagah-gagahan oleh pemanjat tebing. Walaupun bahasa kita mungkin bisa dipergunakan, tapi tidak berlaku universal.

Off Belay: Teriakan leader untuk memberitahukan pada belayer bahwa ia sudah tidak memerlukan pengamanan dari belaayer lagi. Leader sudah memasang anchor dan aman.

Belay Off: Jawaban belayer terhadap "off belay". Kini, ia boleh melepas anchor belay.

Slack: Kendurkan tali. leader atau belayer bisa mempergunakan istilah ini untuk mengendurkan tali pada kasus tertentu.

Up Rope / Pull: Kencangkan tali. Leader atau belayer memberi kode agar tali ditegangkan.

Taking In: Leader berteriak untuk menyatakan bahwa ia menarik tali ke atas (biasanya setelah leader sampai di teras, tali masih bersisa beberapa meter).

That's Me: Jawaban orang kedua apabila tali telah habis sampai mentok di harnessnya.

On Belay: Leader memberi kode pada orang kedua bahwa ia sudah diamankan.

Climb (Climb When You're Ready): Leader memerintahkan orang kedua untuk memanjat sambil bersiap mengamankannya.

Climbing: Leader (orang kedua) memberi kode bahwa ia siap memanjat.

OK: Orang kedua (leader) siap mengamankan pemanjatan.

Dalam pemanjatan kadang-kadang puncak tebing dapat dijangkau oleh panjang tali standar (45m). Tetapi, kadang-kadang tali tidak mencukupi karena puncak tebing lebih dari panjang tali standar.

Untuk itu, ada dua teknik dalam pemanjatan. Yang pertama, Single Pitch Climbs (pemanjatan tahapan tunggal atau satu tahap) dan Multi Pitch Climbs (pemanjatan secara bertahap).

Untuk lebih jelas, pelajarilah gambar di bawah ini:

















































































































Vertical Caving, Simpul Yang Direkomendasikan

Pada aktifitas penelusuran gua (caving) terdapat banyak simpul yang dipergunakan, berikut dengan fungsi kegunaannya, berikut kami sajikan beberapa jenis simpul yang di rekomendasikan dipergunakan dalam kegiatan sesuai dengan standart keamana.


SIMPUL BENTUK KEKUATAN STATIS*
% dari aslinya
FALL PENGGUNAAN
FIGURE-9  70 10 Umum, tali yang kecil
FIGURE-9 abnormal  55 8 Rebelay failure
FIGURE-8 LOOP  55 8 Umum
FIGURE-8 LOOP (abnormal)  40 5 rebelay failure
DOUBLE FIGURE-8 LOOP  - 10 rebelay, Y belay
DOUBLE FISHERMAN  55 10 Sambungan tali
FIGURE 8 SAMBUNGAN  50 - Sambungan tali
OVERHAND  50 5 Simpul pita, simpul stopper
PITA  45 - Simpul pita

Di dalam vertical caving, dikenal simpul untuk sambungan antar tali (knot) dan tambatan (attachment). Dibawah ini adalah beberapa simpul dan tambatan yang direkomendasikan dan yang tidak, untuk dipergunakan:
Simpul Yang Direkomendasikan
beberapa simpul yang direkomendasikan untuk dipergunakan, sekaligus kekuatan yang tersisa akibat adanya simpul, penggunaan.
Simpul Yang Tidak Direkomendasikan
Beberapa simpul yang tidak direkomendasikan untuk dipergunakan, sekaligus kekuatan yang tersisa akibat adanya simpul, penggunaan.
Friction hitches
Simpul-simpul yang dipergunakan untuk ascending menggunakan friksi antar tali sebagai daya cengkeramnya. Lebih sering dikenal dengan prusiking.
Simpul dengan loop tunggal
Simpul-simpul yang memiliki satu buah loop. Biasanya dipergunakan untuk tambatan tunggal.
Simpul loop ganda
Simpul-simpul yang memiliki dua buah loop, biasanya dipergunakan untuk Y-anchor.
Pengurangan Kekuatan Tali
Simpul yang dibuat, ternyata dapat mengurangi kekuatan tali saat tali tersebut dipergunakan.

Senin, November 03, 2008

Pendakian Massal Merbabu 2008

Alumni Tim

Perjalalanan diwarnai dengan air hujan yang cukup lumauyan.

Sore hari jam 5 Arundono “Sengong” Wicaksono menjemput aku dengan motor pitungannya,...............

Setelah beres berpacking ria langsung meluncur ke Minomartani ke rumah copet,.....

Tiba dirumah copet langsung atur ulang strateginya.....

Sengong: Berangkat ambil Mobil sekaligus jemput Noek di Janti

Copet : Hub Imo utk segera datang berkumpul di Minomartani

Imsak : Makan Gorengan sambil mencoba menghubungi Udik dan Sukar yang sudah ndak sabar nunggu di rumahnya Udik.

Nyonya Copet : Tuku Gorengan ama bikin Teh.

(RBTV. Acara Santap, Makan Mie Kocok kaki sapi dijln Kusuma negara)

Semua udah kumpul,....................

Mobil Avanza datang dgn sopir Sengong,.... Kami langsung meluncur menuju Magelang untuk jemput Udik dan Paka Lurah Sukar. ( Ost. The Changcuters,Potret,Peter pan)

Tiba di tempat udik ( Walaupun Pake bingung dan sedikit keblasuk)

Basa basi sebentar dan menikmati teh hangat serta camilan sisa lebaran

Tema Obrolan : Sukar jd komandan Satgas PDIP moncong putih.

Teh hangat cepat dihabiskan pasukan langsung meluncur menuju Base Camp Pendakian Gunung Merbabu.

Posisi duduk di mobil akan sedikit saya gambarkan.



Depan : Pegang Stir Arun. Sebelahnya Udik






Tengah: Imo,Copet,

Nyonya Copet





Belakang: Sukar,Noek,Imsak













(Ost. Potret,The S.I.G.I.T, Cokelat)

Tema Obrolan : Agama Tianshi, Dan Syekh Puji.

“ Jadi menurut Udik Tianshi itu hampir menyeruapai sebuah agama. Karena dulu kanjeng nabi ketika menyebarkan agama islam juga banyak yang memusuhi serta menghujat. Hal itu kan gak beda jauh ama Tianshi,......... Para org2 Tianshi pas mengajak org menjadi anggotanya juga sering di hujat.”

Lanjut,......................

Perjalanan tiba di daerah Wekas,..... Mobil langsung meluncur naek,....

Eh,............. pas sampe pinus2 alias berakhirnya jalan aspal mobil gah gak sanggup lagi jalan,.....

Terpaksa semua penumpang turun jalan kaki

(Adem e Phuoolll, Grimis maneh)




Udik dan Imo sebagai Leader

Imsak dan Noek sebagai penghubung

Copet dan nyonya sebagai Sweaperrr.........

Lah kok pas,..... harusnyakan ganjil......

Aseeemmmmmmmmmmm,............ Sukar curang dia ternyata dia gak turun dan tetep di dalam mobil,...

Lumayan juga jalan kakinya maklum Balung dan Nafas Tuo,... Ngos2ang dan linu2 kabeh,,...

Sampai di tempat mobil langsung rame2 menghujat sukar,.....

Sukar punya alasan “ lha aku mau meh metu kok lawangan whis ditutup,... jadi kan ra iso metu,...

Prexxxxxx..................

Masuk mobil lagi perjalanan di lanjutkan,.....

Eh.............. baru sebentar lagi2 mobil gak kuat,.....

Terpaksa turun lagi,... Tapi kali ini Sukar harus jalan,.... biar nyonya copet yg tetep di mobil,... kami ikhlas,....

Jalan lagi,... ngos2an lagi,...........

Masuk mobil lagi,....... eh kok ya,..... Cuma bentar aja dah gak kuat,.... pas di gapura mau masuk kampungnya mbah Cip.....

Mosok jalan Lagi,..... Edan Qi.....

Gini aja,.... gimana kalo separo turun,.. separo melanjutkan perjalanan. Nanti mobilnya jemput lagi...

SEPAKAAAAAAAAAAAATTTTTTTTTTTTTTTTTTT

Daripada jalan kaki mending nunggu,.....


Kloter 1 : Arun,Imsak,Sukar,Copet dan Nyonya.

Kloter 2 : Arun, Udik,Imo,Noek




Sampai di Basecamp ternya suasana di basecamp dah sepi,..... hanya ada ” Seonggok” Gentong (bahasanya Udik) dan 4 orang Garda marga Rimba (Alumni Palafne Juga) yang lagi rame maen kartu,....

Kecap, Sunan, Bothak, dan Totok.

“Wah Laper je,......” Usul Noek sama Imo,...

“Masak Mie wae yuk.....” Ide Imsak....

“Sopo sing masak “ dalam otak kami semua

”Dah Gini aja,... Udik beli mie rebus 8 bungkus ntar aku sing masak” Protes Imsak,....

“Asik,..............” sorak semua,.....” males je masak” dlm pikiran mereka

Mie ada,... api ada,... air panas siap,....

Langsung proses memasak dimulai,..... ehhhh,.......... ternyata proses masaknya penak wong anget di depan tungku,....

Langsung ternyata semua ikut masak,.... K O M P A K

Abis makan Acara selanjutnya bercengkrama di luar rumah,........

Dingin,.... Gelap ,... tapi asik,....

Tema obrolan : Sukar sebagai perwujudan dajjal, pegawai outsourcing di tempat udik

“ Jadi kata pak Harto pakne udik,.... pada akhir jaman nanti, akan ada setan yang berwujud manusia. Nah menurut udik Sukarlah salah satunya.”

“Pegawai baru itu kalo lapor di udik harus dalam keadaan siap dan tegap”

Dada dibusungkan

Dagu disembunyikan

Perut ditarik

Dan “Bentak Saya!!!!!...................”

Malem jam 2 kami bergegas tidur,....

Tidur malam di Base Camp diiringi dengan cerita akan bergabungnya Imo dan Sukar di geng Sengong.

Tapi menurut Udik gak bisa diterima karena mrk gak sanggup bayar Baby Siter.

Dan mereka gak sanggup mlongo selama 2 jam dan memandang dengan tatapan kosong.

ZZZzzzzzzzz,.......................................


Pagi hari bangun kami langsung menepati bagian teras basecamp dengan view, gunung Telomoyo.

Sambil makan biskuit, dan kacang kami mulai membahas tentang syekh Puji.



Begini Imajinasi

“Kalo udik jadi kaya raya seperti syekh Puji di ruang tamunya tidak akan ada meja dan kursi.

Jadi pas ada tamu datang dia hanya akan memberi kode dengan tepuk tangan.

Nanti akan datang perempuan2 cantik,....... 2 org perempuan akan melayani satu tamu.

Satu perumpuan posisinya nungging/jengking yang akan difungsikan sbg tempat duduk

Satunya lagi akan berdiri sebagai sandaran tempat duduk dengan satu tangan memegang asbaki dan

satunya memegang gelas minum”.

Capek ketawa2 dan ngobrol,... perut terasa lapar,...

Cari makan gak ada di base camp,....

Tanpa lama2 kami langsung memutuskan untuk turun dan mencari tempat makan di daerah kopeng,.......

Perjalanan berjalan dengan lancar menuju kopeng (Ost. D’Masiv)

Setibanya di kopeng kami langsung menuju warung utk sarapan, ini ni menunya;

Nasi Rames : Sukar, Copet

Nasi Goreng : Imsak, Nyonya copet

Nasi Pecel : Arun, Imo

Soto : Udik

Tongseng : Noek

Selesai sarapan,.... kami menuju ke ke Gunung Telomoyo

(Mendaki Gunung pake Mobil)

Perjalanan di lokasi ini cukup meriah,....

“Banyak Motor tak bertuan di sepanjang jalan ini, LAHYOOOO....” (Teriak Udik)

Memang disi banyak motor di parkir di pinggir jalan tapi gak ada org disitu..... dimanakah

mereka?.............

Ketika kami sudah berada di Puncak Telomoyo kabut sangat tebal sehingga kami tidak bisa

menyaksikan pemandangan di bawah, yang konon katanya bagus bgt,.........

Bosan di puncak (krn emang Cuma putih thok) kami bergerak turun kebawah,.... akhirnya kami menemukan lokasi yang bagus untuk berfoto2 ria,..... saking asiknya foto2 kami gak mengamati kondisi sekitar.

Pas kami bergegas untuk turun tanpa sadar mobil kami nabrak Pal jalan,.....

Bemper Mobil Peyok,.......

Langsung semua terdiam,................


Udah deh kita lanjutkan perjlanan aja trus langsung pulang,.....

Perjalanan dah ndak menarik lagi,...... kare

na udah ada kecelekaan,.....

Kata Copet “ Kok Lhayao,...... jalan susah malam2 bisa kita lewati,.... nanjak kita lewati,.. kabut tebal kita lewati,.... kok pas l;agi asiknya tingal pulang malah apes,...”

Nah,...... Karena dah gak semangat lagi,... jadinya ceritanya juga dah gak semangat lagi whis yah,........

Byeeeee,....................

Oh yah,....... sedikit info,..: di perjalana pulang kami sempet mampir makan Kupat Tahu Dompleng,..... dan Sengong gak ikut makan.

Kata copet lagi “ Arun stresss pho yho,... goro2 nabrak trus ndak doyan makan!”

Iyo pho Ngong?????.................

Sabtu, November 01, 2008

Teknik Transplantasi Karang Seharusnya Disesuaikan Dengan Tujuannya

Transplantasi karang dapat dilakukan untuk berbagai tujuan yaitu : (1). Untuk pemulihan kembali terumbu karang yang telah rusak; (2).Untuk pemanfaatan terumbu karang secara lestari (perdagangan karang hias); (3).Untuk perluasan Terumbu Karang; (4). Untuk tujuan pariwisata;(5). Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan status terumbu karang; (6). Untuk tujuan perikanan; (7). Terumbu karang buatan; (8.) Untuk tujuan penelitian.

1.Transplantasi karang untuk tujuan pemulihan terumbu karang yang telah rusak.
Disini, transplantasi karang dilakukan dengan memindahkan potongan karang hidup dari terumbu karang yang kondisinya masih baik ke lokasi terumbu karang telah rusak dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:

  1. Pertama-tama, kita harus mencari lokasi pengambilan bibit di sekitar terumbu karang yang telah rusak, yang kondisi terumbu karangnya masih baik, misalnya persen tutupan karang hidup lebih dari 40%, dan mempunyai kondisi lingkungan( kedalaman dan keadaan arus ) sama dengan lokasi terumbu karang yang telah rusak tadi, dan jaraknya paling jauh dari lokasi transplantasi tidak melebihi satu jam pelayaran. Maka untuk transplantasi karang, pelaksana harus sudahmempunyai lokasi tempat pengambilan bibit, disertai dengan data persen cover karang hidup dan keragaman jenis karang sebelum pengambilan bibit.

  2. Pengambilan bibit dilakukan dengan memotong cabang karang induk di tempat,dan tidak melakukan pemotongan koloni karang induk yang letaknya saling berdekatan untuk menghindari kerusakan ekosistem secara menyolok.

  3. Lokasi pengambilan bibit tidak boleh jauh dari lokasi penanaman untuk menjaga agar transportasi bibit lewat udara tidak lebih dari satu jam.

2. Untuk tujuan pemanfaatan terumbu karang secara lestari / perdagangan karang hias.
Transplantasi untuk tujuan perdagangan karang hias, dilakukan dengan memindahkan potongan jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan ke substrat buatan yang diletakkan di sekitar habitat terumbu karang alami, yang nantinya akan menjadi induk karang hias yang akan diperdagangkan, dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:

  1. Transplantasi karang untuk tujuan perdagangan karang hias hanya boleh dilakukan olehÿpengusaha karang hias yang sudah mempunyai izin sebagai eksportir karang hias.

  2. Jenis-jenis karang hias yang dibiakkan adalah jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan untuk pembuatan aquarium, dan tidak diperdagangkan sebagai karang mati.

  3. Jumlah bibit karang hias yang akan ditanam sebagai induk karang hias merupakan bagian dari kuota karang hias yang telah memperoleh persetujuan dari MA

  4. Sebelum pembiakan dilakukan, pengusaha harus melaporkan kepada MA tentang waktu kapan penanaman bibit karang hias itu dimulai, lokasi pembiakan, jumlah danjenis karang hias yang akan ditanam.

3. Transplantasi untuk tujuan perluasan terumbu karang
Perluasan terumbu karang dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk membuat habitat terumbu karang baru, atau merubah habiat lain diluar habitat terumbu karang menjadi habitat terumbu karang. Di kawasan ekosistem terumbu karang sendiri, tidak semua dasar lautnya merupakan habitat terumbu karang. Bagian-bagian dasar laut yang bukan habitat terumbu karang itu, mungkin karena di tempat itu ombaknya terlalu besar, karena banyaknya endapan, karena arus yang terlalu kencang, karena kedalamannya yang melebihi batas kedalaman karang hidup, atau karena banyaknya kegiatan manusi..Maka trasplantasi karang untuk tujuan perluasan terumbu karang di ekosistem terumbu karang, perlu memperhatikan factor-faktor penyebab tidak adanya kehidupan karang di tempat tersebu, kemudian merencanakan suatu model substrat buatan yang dapat meniadakan pengaruh factor penyebab tersebut. Perluasan terumbu karang dapat dilakukan di rataan terumbu ( reef flat) yang pada waktu air surut rendah masih tergenang air setinggi 0.5 meter, di tempat-tempat yang berdekatan dengan desa pesisir untuk meningkatkan kepedulian akan status terumbu karang, meningkatkan rasa memiliki dan meningkatkan kesadaran untuk melindungi sumberdaya terumbu karang; dan di sekitar fasilitas wisata untuk meningkatkan daya tarik objek pariwisata. Sedangkan persyaratan teknik pengambilan bibit dan tempat pengambilan bibit sama dengan persyaratan pada bitir satu di atas.

4.Transplantasi karang untuk tujuan pariwisata.
Transplantasi karang untuk tujuan wisata, dibedakan dari transplantasi karang untuk tujuan perluasan terumbu karang, karena kawasan wisata tidak selalu merupakan kawasan ekosistem terumbu karang, tetapi biasanya mempunyai laut yang tenang dengan perairan jernih dan tidak membahayakan bagi wisatawan yang ingin mandi di laut. Tidak adanya terumbu karang di kawasan ini mungkin disebabkan oleh karena tidak adanya substrat dasar yang keras tempat menempel larva karang. Tujuan transplantasi karang disini adalah untuk membuat habitat terumbu karang yang kaya keaneka ragaman hayatinya. Atau membuat panorama yang indah didasar laut seperti halnya di ekosistem terumbu karang Untuk itu bibit karang yang akan dipindahkan di situ harus terdiri dari jenis-jenis karang yang beraneka ragam bentuk dan warnanya. Demikian pula substrat dasar buatan yang akan pakai harus menggambarkan bentuk dasar yang menarik dan tahan terhadap arus dan air laut. ( dibuat sepermanen mungkin).. Pemrakarsa transplantasi karang harus membuat peta lokasi trasplantasi karang menurut kelompok / jenis karang yang ditransplantasikan, beserta kedalamannya. ( Peta ini untuk menjelaskan karang jenis apa, dimana). Peta ini penting baik untuk wisatanya maupun untuk pemantauannya. Persyaratan tempat pengambilan bibit dan teknik pengambilan bibit sama dengan butir 1 diatas.

5.Transplantasi karang untuk tujuan meningkatkan kepedulian akan statusterumbu karang, meningkatkan rasa memiliki dan kesiapan untuk melindungi sumber daya terumbu karang.
Disini,transplantasi karang harus dilakukan oleh masyarakat nelayan yang sudah menyadari dampak negatif yang dideritanya akibat rusaknya terumbu karang di sekitarnya. Untuk dapat melaksanakan transplantasi sebaik -baiknya, mereka harus memperoleh latihan tentang teknik transplantasi karang secara lengkap, dengan pen- jelasan mengapa teknik tersebut harus dilakukan. ( termasuk cara penentuan lokasi pembibitan, cara pengambilan bibit dari induknya, cara pengangkutan bibit, cara penempelan bibit pada substratnya dan selanjutnya cara pemeliharaannya ). Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan status terumbu karang, secara bertahap transplantasi karang perlu terus dilakukan sampai semua terumbu karang yang telah rusak itu pulih kembali.Dengan menjaga keutuhan hasil transplantasi karang itu, masyarakat nelayan akan dapat merasakan hasilnya. Karena dengan pulihnya kondisi terumbu karang, hewan laut termasuk ikannya juga akan bertambah banyak. Dengan melaksanakan semua kegiatan seperti tersebut diatas dan mendapatkan hasil yang diperolehnya dari kegiatan tersebut, akan meningkatkan kepedulian nelayan untuk melindungi sumber daya terumbu karangnya.


6.Transplantasi karang untuk tujuan pengelolaan perikanan.
Untuk meningkatkan produksi perikanan, transplantasi karang dapat dilakukan di lokasi yang miskin ikan, dengan harapan adanya transplantasi karang tersebut dapat mendatangkan banyak ikan, dapat merubah habitat yang bukan habitat terumbu karang menjadi habitat terumbu karang. Untuk itu diperlukan substrat dasar yang tahan lama, tidak tererosi air laut, dan dapat ditempeli larva karang. Konstruksi substrat dasar tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga tersedia rongga-rongga yang dapat digunakan untuk berlindung ikan-ikan besar. Dengan konstruksi substrat dasar sperti itu, pertumbuhan karang hasil transplantasi akan menjadi lebih cepat karena hasil perkembang biakan karang secara generatif dapat langsung menempel pada substrat dasar tadi, diikuti penempelan biota laut lainnya. Transplantasi karang seperti ini dapat menjadi atraksi untuk wisatawan atau untuk daerah perikanan baru bagi masyarakat nelayan. Persyaratan tempat pengambilan bibit dan teknik pengambilan bibit tetap sama seperti pada butir1.

7.Terumbu karang buatan.
Istilah terumbu karang buatan yang sekarang ini berkembang di Indonesia , adalah murni "Fish Aggregation Device" (FAD), yaitu suatu cara yang digunakan untuk merubah suatu perairan yang sepi ikan menjadi perairan yang banyak ikan. Disini tidak dipersoalkan apakah konstruksi yang dibuat itu dapat ditumbuhi karang atau tidak. Yang penting dengan konstruksi yang diletakkan di dasar laut dapat menyebabkan berkumpulnya ikan di sekitar konstruksi tersebut. Terumbu karang buatan untuk meningkatkan produksi perikanan, banyak terbuat dari ban mobil bekas yang disusun demikian rupa sehingga dapat menjadi pelindung ikan-ikan yang biasa berlalu lalang di perairan tersebut. Terumbu karang buatan seperti itu, sudah jelas tidak untuk menumbuhkan karang, karena larva karang rupanya tidak dapat menempel pada ban mobil. Terumbu karang buatan seperti ini seharunya tidak diletakkan di kawasan terumbu karang; pertama karena di kawasan terumbu karang biasanya sudah kaya akan ikan, kedua karena dikhawatirkan bahan konstruksi terumbu karang buatan itu dapat mencemari ekosistem terumbu karang. Dimasukkannya terumbu karang buatan didalam pengelolaan ekosistem terumbu karang, adalah sebagai salah satu upaya meniadakan/ mengurangi penangkapan ikan di terumbu karang. Maka terumbu karang buatan dibangun di sekitar terumbu karang, sehingga nelayan tidak lagi menangkap ikan di terumbu karang, tetapi berpindah di terumbu karang buatan. Terumbu karang buatan itu dapat diletakkan di tengah-tengah jarak antara tempat tinggal nelayan dan terumbu karang, pada kedalaman tidak lebih dari 15 meter supaya mudah dipantau, sekaligus dapat berfungsi sebagai penghalang kapal pukat harimau yang sering menimbulkan konflik dengan nelayan tradisional.

8.Transplantasi karang untuk tujuan penelitian.
Transplantasi untuk tujuan penelitian, biasanya dilakukan oleh peneliti terumbu karang atau oleh mahasiswa dibawah bimbingan seorang peneliti senior yang sudah mempunyai pemahaman secara mendalam mengenai bagaimana melaksanakan transplantasi tanpa merusak lingkungan ekosistem terumbu karang, apapun tujuannya. Dibedakan dari persyaratan yang harus dilakukan oleh pelaksana keenam transplantasi diatas, transplantasi untuk tujuan penenitian ini diberbolehkan mengambil bibit di sekitar lokasi penelitian,, dengan teknik pemotongan cabang di tempat, tanpa memindahkan induknya. Karena transplantasi untuk tujuan penelitian biasanya tidak memerlukan banyak specimen, dan dengan biaya dan waktu sangat terbatas.

Kriteria penilaian keberhasilan transplantasi karang.

Secara umum transplantasi karang dapat dikatakan berhasil apabila transplantasi tersebut dapat mencapai tujuannya, dan tidak merusak habitat terumbu karang dan ekosistemnya. Maka criteria penilaian keberhasilan adalah sebagai berikut:
1.Prosedur transplantasi harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak MA.
2.Tidak merusak kondisi terumbu karang tempat pengambilan bibit (dapat dipantau),
3.Dapat mencapai tujuannya
4.Dapat dilaksanakan oleh masyarakat nelayan.

POTENSI - STRATEGI PEMANFAATAN PESISIR TELUK MANADO (‘TAMAN LAUT') BAGI ECO-WISATA BAHARI

Bagi masyarakat awam, jika mendengar ‘taman laut' maka sekilas terlintas akan suatu daerah atau lokasi di laut yang menarik, komplit dan alami seperti Taman Nasional Bunaken. Kata ‘taman' memiliki banyak definisi mulai dari areal untuk rekreasi publik, daerah perlindungan, fasilitas rekreasi pribadi, lokasi bisnis, stadium/lokasi olahraga, nama tempat sampai areal parkir kendaraan. Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan seperti halnya di daratan, taman prinsipnya merupakan suatu obyek alami ataupun artificial (buatan) menawarkan sesuatu pesona-daya tarik bagi manusia untuk dinikmati dan hal ini umumnya terkait dengan pariwisata. Definisi taman di laut sebenarnya adalah suatu kumpulan ekosistem yang terintegrasi (mis. mangrove, lamun dan terumbu coral) di suatu lokasi alam dalam skala besar; ataupun suatu ekosistem yang berdiri sendiri seperti terumbu karang termasuk ‘house reef' maupun terumbu buatan yang disusun oleh komponen utama pembentuk terumbu = coral.

SEKILAS BIOEKOLOGI TERUMBU CORAL

Sebelum wajah pantai Manado diubah dengan pembuatan jalan ‘boulevard' dilanjutkan dengan dimulainya reklamasi di tahun 1997, beberapa lokasi seperti pantai Bahu (Bahu mall) sampai pantai Panglima (MCC); kemudian pantai Pondol (kawasan Megamal) sampai belakang kantor Pertamina adalah merupakan lokasi rekreasi wisata bahari gratis masyarakat Manado. Masih segar dalam ingatan penulis pertama kali belajar berenang (tahun 1980-umur 6 thn) di pantai Bahu dulu masih bisa ditemui terumbu coral, demikian pula di kawasan pantai Pondol terutama lepas pantainya (belakang Mega Mall sekarang) memang SUDAH ada 'taman laut kecil' sejak dahulu kala dibuktikan juga dengan adanya 'tiang penanda' diatas ‘napo' (terumbu) tersebut. Terumbu tepi pantai (fringging reef) ini, berjarak sekitar 660 meter vertikal dari jalan Bulevard ke arah laut. Luasnya reklamasi pada areal ini memanjang sampai pada daerah ‘napo' yang relatif dangkal. Fondasi pada lahan reklamasi Mega mall dan sebagian Bahu mall relatif kuat dibanding areal lain tak lepas dari adanya terumbu pantai yang ada di depannya. Tidak terlihat sepenuhnya ujung areal ‘napo' ini ditimbun, dan ini menyisakan sebagian kecil area bagi hewan coral untuk bisa bertahan ‘survive' disitu ‘terjepit' diantara bebatuan konkrit bagian luar dan bagian dalam - marina Mega mall. Demikian pula areal terumbu lain yang tersisa di Bahu mall. Mengembirakan namun tidak mengherankan lewat proses alami setelah kurang-lebih 5 tahun (2001) dan 10 tahun saat ini pasca reklamasi terjadi lagi 'rekruitmen-rekolonisasi', sexual maupun aseksual (fragmentasi/kemungkinan pertumbuhan dari tunas coral yang patah) menghasilkan coral-coral muda, bertumbuh dan meningkat tutupannya.

Mengingat proses dalam settlement coral sejak ‘spawning' sampai melekatnya (attached) ‘planula', bermetamorfosis pada substrat dipengaruhi berbagai faktor oseanografi dan juga faktor internal planula itu sendiri terutama dalam ‘preferensi‘ substrat yang cocok (bebatuan, konkrit beton, dll) menghasilkan non-random distribusi. Maka berbagai kemungkinan pasti muncul, apalagi jika terdapat substrat baru (bebatuan) dan faktor pembatas lainnya terpenuhi. Dimulailah recruitment (sexual) dari coral induk broder maupun broadcaster yang ada tersisa disekitar situ (local scale) maupun kemungkinan recruitment lain dari induk coral di luar areal ini (larger-wide scale) misalnya dari Malalayang, Tanjung Pisok ataupun Bunaken. Perlu penelitian untuk memastikan pola spatial-dispersal larva planula coral, dan belum terlambat untuk menguji apakah recruitment di bebatuan reklamasi berasal dari induk sekitar situ atau bukan. Hal ini membantu memperjelas dan menguji relefansi teori ‘supply-side ecology' (Lewin 1986) secara keseluruhan. Komposisi berdasarkan tipe fertilisasi coral tidak cukup dijadikan patokan/bukti bahwa coral baru berasal dari induk luar. Rasanya sangat kurang dan tidak lengkap apabila kita berbicara tanpa bukti-data, menginterpetasi apalagi tidak mengetahui ‘data base' sebelumnya mengenai komposisi coral disitu pra-reklamasi.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai struktur komunitas coral di daerah reklamasi teluk Manado (Dien, dkk 2001) khusus areal Mega mall pada 2 kedalaman-substrat berbeda didapati genus Acropora memiliki tutupan/frekwensi tertinggi di bebatuan reklamasi (<3>5 meter) didapati terdapat 27 genus coral yang 'survive' katakanlah 'terjepit' dengan tutupan tertinggi pada genus Porites, Acropora, Stylocoeniella dan Pocillopora. Perbandingan komposisi genus antara 2 kedalaman dengan substrat berbeda, ukuran dan tutupan coral selain memberi bukti bawa memang terdapat terumbu coral di lokasi ini sebelumnya juga menunjuk pada besarnya peluang bahwa coral muda pada substrat bebatuan reklamasi berasal dari induk coral lokal sekitar situ. Acropora merupakan komponen penyusun utama terumbu coral Indo-pasific, pioner karena pertumbuhannya yang cepat. Beberapa genera pembentuk terumbu yang penting juga termasuk Pocillopora, Pavona dan Goniopora. Sehubungan dengan tipe reproduksi sexual coral, perlu diperjelas bahwa genus Acropora tidak semuanya spawners/broadcasters type (external fertilization), Acropora cuneata dan A. palifera misalnya merupakan brooder species sama halnya dengan Pocillopora damicornis, Seriatopora hystrix, dan Stylophora pistillata. Demikian pula dengan genus Pocillopora tidak semuanya brooder types (internal fertilization), Poccilopora meandrina misalnya adalah spawner/broadcaster species sama dengan Acropora hyacinthus, A. cytherea, A. valida dan A. Millepora.

Mengingat penelitian sebelumnya pengindentifikasian hanya sampai pada tingkat genus, maka identifikasi pada tingkatan species akan memberi informasi lebih mengenai prosentase dan peluang antara kedua type fertilisasi coral tersebut. Informasi penting lain yang bisa dijelaskan mengapa Acropora dan Pocillopora muda sukses melekat pada bebatuan reklamasi dapat mengacu pada hasil penelitian tingkat ‘survive‘ settlement larva coral Acropora millepora (broadcaster/spawner type) (Babcock-Davies 1991) dan Pocillopora damicornis (brooder type) (F.T.Te 1992). Sangat menarik karena ternyata sedimentasi yang tinggi tidak mempengaruhi proses settlement planula coral kedua jenis tersebut. Mengacu pada hal ini, beralasan jika kedua jenis coral ini bertahan dan sukses melekat pada substat walaupun sedimentasi akibat reklamasi sangat tinggi. Masing-masing spesies coral memiliki kelebihan tertentu dalam menghadapi tekanan/stress dari lingkungan di luar batasan hidupnya. Umumnya coral dengan bentuk pertumbuhan branching (seperti Acropora dan Pocillopora) lebih ‘survive' bertahan terhadap sedimentasi dibanding ‘coral massive'. Contoh lain dapat ditemui juga di teluk Minamata, beberapa jenis coral dapat bertahan hidup dari sedimentasi yang tinggi akibat aktifitas reklamasi menutupi dasar perairan yang tercemar mercury.

DIVE SPOTS ‘HOUSE REEF' MANADO

Seiring popularnya olahraga selam SCUBA dan diperkenalkannya Taman Nasional Bunaken ke dunia internasional sejak awal tahun 1980, kurang-lebih 20 tahun pariwisata bahari Sulut terkonsentrasi disitu. Bunaken menjadi salah satu icon wisata selam dunia. Turis berdatangan, cottage-resort dan operator diving bertambah, terutama justru di dalam kawasan konservasi seperti pulau Bunaken . Lebih dari 50 persen operator diving/resort/hotel dimiliki ‘orang asing' dengan homebase di TN Bunaken. Mengejar keuntungan dengan memanfaatkan langsung obyek yang alami namun sebenarnya rentan. Saat ini, ‘carring capacity' terutama di pulau Bunaken telah terlampaui. Diperparah lagi dengan tidak adanya pengaturan jadwal kunjungan turis ke ‘dive spots' yang popular terkonsentrasi apalagi di saat ‘peak season'. Alternatif-jalan keluar lain diperlukan segera untuk mengurangi tekanan terhadap Taman Laut Bunaken yang alami. Beberapa operator diving gencar mencari dive spots baru yang berpotensi dan ‘berdaya jual'. Sebenarnya di pesisir Manado tersebar lebih dari 10 spot dan 3 diantaranya justru berada di jantung kota, menyimpan potensi sebagai 'taman laut mini' yaitu :

(1) Terumbu sekitar-depan marina Mega mall, lokasi ini sebenarnya tidak terabaikan dan telah dimanfaatkan terutama oleh Blue Banter sebagai ‘house reef'. Sejak tahun 2004 keberadaan lokasi ini telah dikenal dan dimanfaatkan beberapa ‘diving centre' yang umumnya memiliki 'base' di pesisir Manado (www.asiadivesite.com, www.asiandiver.com). Taman laut kecil ini yang memiliki lebar kurang-lebih 200m telah dikenal justru dengan nama Bruce's point-reclamation area. Pada spot ini highligths organisme yang menarik ditemui adalah berbagai macam nudibranch seperti Spanish dancers, berbagai kepiting dan udang pada coral, spider crabs dan berbagai asosiasi organisme yang unik/menarik. Dapat ditemui juga clearfin lionfish (Pterois radiata) satu-satunya lionfish dengan garis horizontal pada pangkal ekornya dan juga Sleepy ghost pipefish pada feather star. Lokasi ini juga telah dikenal untuk variasi Night Diving maupun Muck Diving seperti halnya Lembeh menarik bagi macro underwater fotografer.

(2) Patchy reef (napo kranjang) belakang Mantos sekitar 500 meter ke arah laut vertikal. Berjarak kurang lebih 1.5 km ke selatan dari spot sebelumnya. Terumbu coral disini unik karena bentuk topografinya sama dengan gunung kecil bawah laut dari kira2 kedalaman sekitar 50 meter naik ke atas sampai puncaknya sekitar 5 meter disaat air surut. Coral disitu memang didominasi Seriatopora hystrix dan solitary coral dari family Fungia yang memang berbeda dengan dengan di Mega mall. Type terumbu yang berbeda antara patchy reef dan fringing reef tentunya juga turut mempengaruhi-menentukan komposisi spesies coral. Demikian pula proses ‘settlement' dan preferensi planulae coral terhadap substrat yang pasti berbeda. Lokasi ini sangat menantang bagi para diver, menyelam di perairan terbuka sekaligus mengamati keunikan topografi bawah air, sightseing berbagai jenis ikan yang bergerombol pada puncaknya.

(3) Di belakang Bahu Mall (relatif lebih kecil lagi dibanding 2 lokasi sebelumnya), berpotensi mengingat terumbu coral disitu juga masih bisa bertahan hidup. Sebenarnya apabila di sekitar lokasi ini sampai di depan MCC (tanpa menutupi jalan masuk publik dari arah laut ke marina Bahu mall) dikembangkan dengan meng'install' kombinasi beberapa modul baru seperti artificial reef apapun substrat/bentuknya maka berpotensi menjadi ‘dive spot' menarik.

Beberapa spot lain dari wilayah Malalayang sampai Tateli ataupun di Manado bagian utara sampai ke Tanjung Pisok (batas wilayah TN Bunaken) ‘gap' yang tidak memliki spot alias tidak memiliki apa-apa bisa dikembangkan artificial reef sebagai alternatif; lepas dari beberapa lokasi yang memang telah alamiah ada dan telah berhasil dikembangkan beberapa opeator selam yang berbasis di pesisir Manado seperti: (4) Molas wreck, (5) 'Small Lembeh' depan NDC - Baracuda, (6) Napo Serio, (7) Batu Hitam (black rock), (8) Celebes dan (9) Murex house reefs, (10) Lab.Underwater Ecotourism Politeknik house reef sampai house reef di Mokupa (11-12) Lumba Lumba house reef, Tasik Ria-Minahasa Prima Resort). Di kalangan Divers khususnya dive guide beberapa spot sepanjang pesisir Manado memang memiliki ‘selling point' memadai untuk 'underwater sighseeing' yang cukup dapat diakses dengan menyelam normal-aman (bukan mengejar Coelecanth yang hidup dibawah 100 meter). Lokasi-lokasi ini juga bisa menjadi indikator TN Bunaken, sebagai daerah penyanggah/filter, misalnya dari masukan/tekanan akibat aktifitas manusia ataupun sampah di/dari Manado sebelum ke TN Bunaken. Disamping itu tentunya merupakan alternatif lain untuk 'excursion' (paket perjalanan diving) sebelum ke lokasi tujuam utama untuk menghindari terlampaunya carrying capacity.

petauzi

Aktifitas selam rekreasi tak hanya membutuhkan daerah terumbu coral yang memang telah ada di alam, banyak macam struktur tiga dimensi yang atraktif tersedia dan bisa dibuat seperti ‘wreck' atau terumbu buatan. Biorock misalnya lewat proses electrodeposition mempercepat pertumbuhan coral dan organisme lainnya. ‘Reef ball' ataupun terumbu buatan lainnya yang memiliki banyak pilihan bentuk. struktur dan tipe substrat termasuk bebatuan. Lewat terumbu buatan, modul belajar dalam prosedur penyelaman dapat didesain atau disesuaikan dengan keadaan lingkungan/topografi dimana tersedia berbagai kebutuhan seperti untuk tempat training penyelam, rekreasi, tempat pendidikan lingkungan sekaligus upaya rehabilitasi dan restorasi terumbu. Kombinasi beberapa modul produksi menjadi taman buatan bawah air-taman laut mini (house reef) dapat dibentuk secara baik sebagai fungsi DAD (Diver Aggregation Devices). Prinsipnya keinginan mendasar yang mempengaruhi seorang menjadi turis/penyelam harus diketahui. Syarat kepuasan menyelam adalah petualangan memasuki daerah lain yang tidak sepenuhnya terjangkau, menikmati kebebasan daya tarik bumi (gravitasi) kemampuan bergerak dalam alam tiga dimensi. Pemandangan topografi yang menarik seperti struktur terumbu atau unit lain yang bisa diamati secara tiga dimensi. Jika pemandangan ini ditambah dengan organisme berwarna-warni dan unik-langka akan lebih atraktif, pada puncaknya organisme besar dan liar yang berpotensi bahaya dapat diamati maka pengalaman tersebut akan terasa lengkap dan bermakna. Merujuk pada kebutuhan tersebut sebagai syarat, maka pasti 90 persen dapat dipenuhi lewat pemandangan bawah air buatan (artificial).

Pengadaan yang mudah dan benar adalah dengan meng'install' struktur dan substrat yang cocok secara ekologis menempatkannya pada lokasi yang tidak terdapat terumbu, relatif monoton dengan pasir atau pada lokasi yang memang telah rusak. Operator diving/diving centre akan memiliki keuntungan dengan menempatkan modul artificial di depan atau dekat dengan pinggiran pantai yang menjadi base-nya (kecuali operator di TN Bunaken). Selain membatasi kunjungan ke terumbu alami, melengkapi DAD, mendiversifikasi produk dengan excursion berbeda, keuntungan operasional dapat diperoleh dengan akses yang dekat. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan selam yang rutin menawarkan keragaman lain secara biologi dan estetika sekaligus merehabilitasi dan merestorasi terumbu (ecotourism yang sebenarnya). Desain struktur buatan haruslah diadopsi khusus sesuai prosedur kebutuhan olahraga selam dengan syarat utama tersedianya substrat yang cocok bagi kolonisasi hewan coral serta berbagai organisme terumbu untuk hidup. Banyak pilihan modul yang tersedia, tujuan yang ingin dicapai: (1) Mengurangi tekanan aktifitas penyelaman pada terumbu alami dengan alternatif buatan; (2) Menerapkan metode ramah lingkungan dalam membuat struktur yang cocok; (3) Penggunaannya untuk rehabilitasi/restorasi atau meningkatkan habitat organisme dengan menyediakan substrat yang cocok bagi pelekatan (settlement) organisme terumbu (4) Mempercepat formasi komunitas terumbu dengan mentransplantasi hewan coral pada bangunan buatan (5) Mengintegrasikan dan mensosialisasikan taman buatan tersebut pada sistem pendidikan lingkungan dan pengelolaan pesisir. Komposisi taman laut buatan secara khusus dapat didesain sesuai modul bagi peruntukkannya seperti tempat training penyelam dengan kedalaman yang cocok, pendidikan lingkungan bawah air dengan jejak bawah air dan rehabilitasi dengan akses terbatas. Dengan demikian tekanan turis/penyelam pada terumbu alami bisa dibatasi sekaligus mengantisipasi kecenderungan konsep pembangunan yang ada dari mass tourism ke arah eco tourism.

WOC 2009 - MKPD 2010

Sehubungan dengan agenda WOC - MKPD yang pada akhirnya diharapkan memberi keuntungan multiplier effect bagi masyarakat, maka langkah strategis yang tepat dilakukan pemerintah adalah :

1. Menginventarisir-memetakan secara menyeluruh potensi terumbu coral dan organisme lainnya termasuk spot2 potensial bagi perlindungan populasi ‘coelecanth' di pesisir Manado. Hal ini dilakukan terutama terkait erat dengan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, perlu-tidaknya suatu areal direklamasi.

2. Pembuatan artificial reef (bukan reklamasi) pada beberapa spot yang relatif ‘tidak bernilai' di pesisir Manado sebagai house reef berbasis masyarakat, spot2 artificial ini digunakan sesuai kepentingannya, misalnya untuk diving ataupun untuk lokasi pemancingan. ‘Investasi' berupa artificial reef ini dapat memanfaatkan ‘environment responsibility cost' dari para pengembang reklamasi.

3. Penetapan Manado House Reef dari beberapa terumbu alami, semi alami yang telah ada sebagai Daerah Perlindungan Laut (DPL) aset kota yang dikelola-diatur pemerintah kota, dimanfaatkan-digunakan bagi kepentingan masyarakat. Perangkat dan peraturan perundang-undangan bisa mengadopsi beberapa DPL di luar Manado yang dianggap berhasil dengan tetap memposisikan- berpihak kepada masyarakat umum.

4. Kawasan marina Mega mall yang strategis di jantung kota Manado dapat dijadikan Aquamarine Centre yang memiliki banyak fungsi sebagai spot diving di bagian luarnya, akuarium terkontrol di bagian dalam sekaligus dilengkapi museum bahari yang berisi sarana eco-wisata sekaligus sumber pendidikan perikanan-kelautan. Museum ini tidak hanya menempatkan misalnya specimen ‘coelacanth' saja namun dapat menjadi museum hidup coral dan organisme lainnya. Kawasan ini dapat dijadikan perkantoran, sebagai icon landscape Manado, base bagi pusat sistem jaringan antar wilayah perlindungan laut dunia (Centre of Coral Tiangle Seascapes / Marine Protected Area Network.

Langkah-langkah tersebut secara global akan sejalan dengan agenda WOC jika kita melirik ecobiogeografi Sulut. Agenda WOC diharapkan tak hanya mengulangi komitmen-komitmen serupa masyarakat dunia lewat pertemuan/konferensi semata yang menghasilkan secarik kertas deklarasi. Bercermin pada agenda-agenda sebelumnya yang sebenarnya dianggap gagal, moment WOC diharapkan memberi terobosan baru memulai sesuatu yang memberikan kesadaran sekaligus keuntungan bagi masyarakat. Mempertegas komitmen akan upaya konservasi dengan : (1) menetapkan berbagai daerah perlindungan laut (DPL) lokal sampai pada skala besar seperti segitiga kawasan Bunaken -Talise (Likupang) - Lembeh sebagai daerah perlindungan ‘world herittage' warisan dunia, serta (2) menjadikan Sulut sebagai pusat dari sistem jaringan antar wilayah perlindungan laut dunia (Centre of Coral Tiangle Seascapes / Marine Protected Area Network) karena letaknya yang sangat strategis. Hal ini tentunya harus diikuti dengan penerapan nyata di segala aspek terutama hukum dan politik. Kebijakan dan peraturan sampai pada perangkat hukum diharapkan bertitik tolak lewat isu lingkungan. Peraturan/UU pesisir dan laut yang pernah pernah digagas Sulut misalnya dapat diangkat kembali menjadi isu global. Dalam mengejar impian di sektor pariwisata (MKPD 2010), WOC 2009 dapat juga menjadi moment penting pendeklarasian pemanfaatan yang optimal (bukan maksimal) bagi industri pariwisata lewat Eco-tourism (wisata ekologi) - berbasis masyarakat.

Keberlangsungan dan upaya konservasi, potensi yang ada di pesisir Manado sangat tergantung pada perilaku masyarakat memperlakukan lingkungan lautnya, stakeholders terutama pemerintah sebagai penentu kebijakan. Relefansi dengan pengelolaan TN Bunaken, pemerintah kota seharusnya bertindak dengan bijak dengan tidak selalu bergantung hanya pada obyek ini. Evaluasi memang diperlukan terutama berhubungan dengan ‘carrying capacity' TN Bunaken yang telah terlampau. Ironisnya yang terjadi selagi keuntungan ekonomi dikejar, perhatian terhadap nilai ekologis TN Bunaken yang belum sembuh dari serangan ‘pumparade' (CoTS-hewan pemakan coral) tetap diabaikan. Mengancam kelestariannya di masa mendatang, icon Bunaken ataupun ‘Coelecanth' tidak lama lagi akan berganti dengan icon baru: ‘Pumparade'. Evaluasi, diversifikasi dan kembangkan potensi pesisir yang dimiliki, menabung berbagai ‘gap' yang kurang lewat artificial reef sebagai house reef masyarakat Manado (‘napa!' bukang ‘mana!?'). Tidak hanya memikirkan keuntungan sesaat namun lestari antar generasi. ‘Trickle down' bagi masyarakat dari sektor pariwisata, perikanan-kelautan, keuntungan sumber makanan/obat2an sampai pada keuntungan nilai proteksi daerah pesisir. Melewati WOC 2009 -MKPD 2010 menuju impian kemakmuran yang dicita-citakan ... rasanya memang belum terlambat.