Jumat, Agustus 29, 2008

Alat Survai Elektronik dan Komputer

Saat ini, survai dan pemetaan gua jaman sekarang sudah semakin mudah untuk dikerjakan. Masalah-masalah yang terjadi semakin mudah pula untuk diselesaikan. Keberadaan alat survai elektronik untuk mengukur jarak, kompas dan clinometer digital membuat perjalanan survai makin cepat dan akurat. Perangkat lunak untuk survai gua pun sudah tersedia, baik yang diperoleh secara gratis maupun tidak, ke dalam komputer tablet atau personal digital assistance (PDA), sehingga surveyor gua tidak lagi perlu membawa sejumlah besar lembar kerja lapangan untuk mencatat angka dan sket perjalanan. Perkembangan saat ini adalah menghubungkan alat survai elektronik dengan PDA untuk mempermudah proses penyimpanan data yang tidak membutuhkan penulisan, yang dapat mengurangi kemungkinan kesalahan.

Pemilihan dan efektifitas penggunaan alat survai serta software untuk pemetaan sepenuhnya tergantung kepada manusia yang menggunakannya. Kekurangan dan kelemahan dari masing-masing perangkat pembantu itu hanya dapat diatasi oleh akal manusia. Untuk itu, bagaimanapun juga pengajaran dasar-dasar pemetaan gua secara analog, harus tetap diajarkan dan dilakukan sampai tingkat tertentu agar manusia bisa mengatasi kekurangan dan kelemahan itu. Dan agar manusia bisa tetap melakukan survai gua dan pemetaan jika tidak ada alat-alat tersebut. Bahkan jika tidak ada perlengkapan pemetaan gua analog yang selama ini sudah dipergunakan.

PENDAHULUAN

Banyak pertanyaan yang muncul mengenai teknik dan metode pemetaan gua yang lebih cepat atau akurat daripada cara konvensional. Bukan hanya di dalam negeri, tapi juga di newsgroup atau mailing list surveyor gua internasional. Sebagian pertanyaan tersebut menyangkut aplikasi penemuan baru atau teknologi baru. Informasi tentang aplikasi teknologi informatika dan instrumentasi tersebut tidak tersebar ke tanah air. Hal yang sangat disayangkan, di saat fasilitas untuk mengakses informasi global sudah demikian mudah.

Tulisan ini bertujuan untuk mengenalkan dan mendeskripsikan aplikasi kemajuan teknologi instrumen elektronika dan informatika untuk kegiatan pemetaan gua. Mulai dari tahapan survai (pengambilan data) hingga penggambaran peta. Aplikasi kemajuan teknologi tersebut meliputi perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Juga terdapat uraian singkat mengenai kegunaan masing-masing perangkat dan mungkin sedikit perbandingan dengan perangkat lain atau perangkat konvensional.

Penciptaan perangkat tersebut biasanya didasarkan atas kebutuhan efisiensi waktu pengambilan data lapangan, ketelitian data yang diambil, dan kemudahan integrasi terhadap perangkat lainnya. Namun ada pula perangkat yang diciptakan untuk kegunaan lain namun dapat secara langsung diaplikasikan ke pekerjaan pemetaan gua.

Instrumen untuk survai lapangan yang terdiri dari pengukuran sudut horisontal menggunakan kompas, pengukuran sudut vertikal menggunakan clinometer, dan pengukuran jarak menggunakan pita ukur, sekarang ini sepenuhnya dapat tergantikan oleh instrumen elektronik. Penggunaan instrumen ini lebih efisien dari sisi waktu, dan lebih akurat dari sisi data.

Perangkat elektronik penggunaannya menggantikan perangkat mekanik berbasis penglihatan (kompas dan clinometer). Kompas memiliki sumber kesalahan akibat berbasis pada medan magnetik bumi dapat dipengaruhi oleh medan magnetik lokal dan sumber-sumber magnetik lain misalnya penggunaan senter logam yang terlalu dekat. Kompas dan clinometer, keakuratan penggunaannya sangat dipengaruhi oleh tangan dan mata surveyor. Sementara perangkat lunak di bidang informatika, mampu menggantikan proses-proses pengolahan data hingga penggambaran peta konvensional yang makan waktu banyak dan penuh sumber kesalahan. Bahkan perangkat lunak yang tersedia untuk pengolahan data dan penggambaran peta, mampu bekerja dengan perangkat lunak lain untuk menghasilkan peta atau data yang jaman dahulu sulit untuk dilakukan. Dan semuanya itu hanya membutuhkan sedikit pekerjaan serta waktu tambahan saja.

Dalam tulisan ini terpaksa harus banyak sekali memuat nama produk. Bukan dalam niatan penulis untuk mempromosikan produk tersebut, namun hanya untuk memaparkan bahwa ada sebuah produk untuk jenis fungsi tertentu yang dapat dipergunakan untuk pekerjaan pemeaan gua.

PERANGKAT PENGAMBILAN DATA

Alat ukur sudut horisontal (kompas) dan vertical (clinometer)

Selama ini alat ukur sudut horisontal yang sering dipergunakan oleh surveyor gua untuk grade 5 adalah kompas magnetik yang memiliki ketelitian hingga 1�. Kompas-kompas ini bersandar pada medan magnetik bumi. Pembacaan besarnya sudut antar stasiun didasarkan pada penglihatan. Kompas konvensional menggunakan sebuah garis vizir di dalamnya sebagai pengarah untuk "ditembakkan" ke target. Hal ini bisa menjadi sumber kesalahan, jika cara memegang, mengarahkan, dan menempatkan mata tidak berada pada satu garis yang lurus.

Surveyor gua melengkapi kompas dengan laser sebagai garis bidik ke arah target. Dengan cara ini kompas benar-benar mengarah ke target sehingga mengurangi/ menghilangkan kesalahan pembacaan. Namun, laser pointer yang dipasang pada kompas memiliki medan magnetik yang dapat mempengaruhi kompas. Untuk itu dibutuhkan sebuah kalibrasi terhadap laser pointer ini.

Sekarang telah banyak tersedia kompas digital untuk pendukung kegiatan alam bebas. Salah satunya adalah kompas digital Silva Nomad (http://www.silva.se). Kompas ini dapat dipakai dalam kegelapan karena memiliki background lighting. Disamping itu, kompas ini dapat menyimpan arah tujuan dan arah kebalikannya. Hal ini mungkin dapat berguna jika surveyor sedang menyurvai gua dengan mulut gua lebih dari satu.




Namun ternyata kalangan surveyor gua di negara Amerika Serikat dan Inggris cenderung untuk membuat sendiri kompas digital dengan akurasi dan resolusi yang lebih baik.

Sebuah artikel tulisan Martin Melzer dalam jurnal The Cave Radio & Electronics Group (CREG)-BCRA 54, How To Build an Electronic Cave Surveying Instrument , memaparkan cara membuat alat survey elektronik. Yang dimaksud dengan alat survey elektronik dalam artikel jurnal tersebut adalah kompas dan clinometer elektronik. Pembuatan kompas elektronik, dapat dilakukan dengan dua cara. Yaitu dengan membeli modul kompas ke vendor atau membuat modul compas sendiri.

Modul kompas ini sudah tersedia berbagai produk dengan keakuratan dan resolusi yang bervariasai. Salah satu modul kompas yang dianggap cukup baik oleh kalangan surveyor gua di Amerika berharga sekitar 500$! Pemasangannya harus tetap memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah wadah yang non magnetik, cara menampilkan/ menyimpan data, laser ranger, dan kalibrasi laser ranger. Laser ranger adalah perangkat tambahan yang sangat penting untuk secara langsung dapat diketahui jarak dari alat tersebut ke target. Alat ini memiliki medan magnetik yang mempengaruhi kompas.

Dibawah ini contoh pemasangan modul kompas/ clinometer digital (oleh Mark Passerby & Nigel Dyson-Hudson) produksi True North Technologies' Revolution di sebuah kotak pengaman yang tahan air.


Gambar modul kompas
(Sumber http://www.caves.com/truenorth/)

Jika ingin membuat kompas elektronik sendiri, dalam artikel tersebut disebutkan bahwa dapat menghemat biaya yang cukup berarti. Yang dibutuhkan adalah sebuah susunan sensor magnetik dimana banyak produsen yang menyediakan sensor magnetik ini. Kemudian yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi semua kemungkinan sumber kesalahan yang bersifat mekanis maupun elektrik, menyusun sebuah program untuk mengkalibrasi kesalahan, dan suatu model simulasi yang dapat menghasilkan serangkaian data dengan kesalahan perubahan geometrik dan elektrik yang dapat dipergunakan untuk memverifikasi kalibrasi.

Pembahasan tentang clinometer elektronik buatan sendiri tidak terlalu banyak karena dianggap bahwa medan gravitasi jauh lebih stabil daripada medan magnetik sehingga tidak membutuhkan perlakuan khusus terhadap modul clinometer.

Tersedia pula clinometer buatan pabrik yang akurasi dan resulusinya cukup tinggi, melebihi clinometer analog yang selama ini dipergunakan. Misalnya adalah SmartTool.




Clinometer elektronik dan tampilan pembacaan
(Sumber: http://www.haglofsweden.com/)


Gambar clinometer elektronik SmartTool
(Sumber: http://www.speedpartz.com/smarttool.html )

Sebuah tim dari Belgia, memasang sebuah laser pointer pada clinometer elektronik untuk menjamin agar clinometer benar-benar mengarah pada target.



Gambar Clinometer elektronik dan laser pointer dan pemasangannya
(Sumber: http://users.skynet.be/avalon/avalonuk/technical/laserclino.htm )


Keuntungan pemakaian alat survai elektronik ini selain keakuratan dan efisiensinya adalah, bahwa jika selama ini menggunakan alat survai mekanik, sering kali lobang bidik kompas atau clinometer tertutup kotoran sehingga menghambat pembacaan sudut.

Alat ukur jarak

Alat ukur jarak elektronik, biasanya disebut dengan range finder. Yang paling banyak dibahas di komunitas surveyor gua adalah yang berjenis laser range finder. Dan salah satu produk yang paling sering dibahas adalah Leica Disto. Vendor produk ini menawarkan beberapa tipe dengan berbagai akurasi dan kemampuan. Keakuratannya dari 3 mm hingga 1.5 mm, dan dapat mengukur jarak kisaran dari 0.2 meter hingga lebih dari 200 meter.


Gambar Range Finder Leica Disto Lite 5
(Sumber: http://www.swoptics.co.uk/list.asp?CAT=102 )



Tipe Disto lainnya dilengkapi dengan teknologi Bluetooth sehingga data yang diperoleh dari range finder ini dapat langsung ditransfer ke PDA (pocket PC) atau laptop tanpa menggunakan kabel. Dilengkapi pula dengan software PlusDraw yang secara langsung membuat skets berdasar data yang diperoleh dan dapat ditransfer ke PC (tipe file bmp) sementara datanya dapat direkam sebagai file Excel oleh software PlusXL.


Untuk mengefisienkan perjalanan survai, surveyor gua melekatkan secara langsung saling memunggunig, antara clinometer elektronik pada range finder ini. Dengan sekali kerja mengarahkan range finder ke target, sekaligus pula diperoleh sudut kemiringan ke target tersebut. Di bawah ini adalah contoh range finder Disto dan clinometer SmartTool yang dilekatkan saling memunggungi.


Gambar range finder dan clinometer
(Sumber: http://www.cavediggers.com/digiclo.JPG )



Ada produk lain yang memiliki tiga fungsi sekaligus, sebagai alat ukur sudut horisontal, vertikal, dan sebagai alat pengukur jarak (range finder) yaitu produksi Kombi. Alat ini juga memiliki kemampuan menyimpan 1000 data pengukuran di memory internalnya.


Gambar Kombi-4



Perangkat perekam data
Pada pemetaan gua konvensional, data direkam di dalam lembar kerja lapangan. Lembaran tersebut harus dari bahan yang tahan air, lumpur, tidak mudah sobek, dan dapat ditulisi menggunakan pensil. Lembar kerja lapangan terdiri dari dua jenis, untuk merekam data hasil pembacaan instrumen dan untuk merekam skets dan situasi lorong gua. Medan yang berlumpur, berair, memanjat, menggantung di tali, ditambah kemungkinan kesalahan mencatat sehingga harus menghapus menggunakan karet penghapus, dan semua pekerjaan deskriptor dan pencatat data, sungguh membutuhkan manajemen pencatatan data dan manajemen alat-alat tulis.

Sekarang, surveyor gua cukup membawa sebuah PC Tablet yang diinstall software yang bertugas untuk merekam data survai.

TDS Recon

(Sumber : http://www.caves.com/recon/ dan dan http://www.tdsway.com/handhelds)
Unit ini dipegunakan untuk mengumpulkan dan merekam data survai. Menggunakan aplikasi Spreadsheet yang disebut SpreadC dan sebuah program untuk membuat skets survai. Kelebihan dari unit ini adalah bahwa semua file yang diinstall di Recon, diinstall di Flash Memory atau di card Compact Flash external. Sehingga semua data masih tetap terjaga sekalipun sudah kehabisan daya batery sama sekali. Units ini sendiri dapat beroperasi tanpa henti dan dengan catu daya yang tanpa diisi ulang selama 15 jam.


Gambar pemakaian TDS Recon di dalam gua (kiri) dan
masukan data ke dalam SpreadC di Recon (kanan)
(Sumber: http://www.caves.com/recon/)



Gambar Rekaman Data di SpreadC (kiri) dan Sket (kanan)
(Sumber : http://www.caves.com/recon/)



Units ini dijual secara bebas, namun harganya cukup tinggi untuk ukuran kantong orang Indonesia. Harganya $1,499 U.S. and $1,529 U.S untuk penjualan ke pihak di luar Amerika.

Auriga Palm OS
Auriga adalah perangkat lunak bebas (freeware) yang berjalan di PDA Palm OS yang dipergunakan untuk konversi input data conversion kedalam koordinat Cartesian. Software ini berdasar pada apa yang telah dilakukan Martin Melzer dalam membuat sebuah perangkat sensor (range finder dengan kompas dan clinometer elektronik) dirangkai dengan software Palm OS agar secara otomatis dapat menyimpan data survai gua.


Gambar Kotak Sensor (Kiri) dan PDA Palm OS
(Sumber http://www.sat.dundee.ac.uk/%7Earb/creg/journals/j54.html)



Dibandingkan dengan lembar kerja lapangan Auriga menawarkan data numerik yang lebih mudah dibaca, mengurangi kesalahan ketika memindahkan data dari lembar lapangan ke lembar proses data atau komputer, data dapat diback up ke laptop menggunakan infra merah, surveyor dapat secara langsung melihat tampilan garis survey gua sementara sehingga dapat mendeteksi adanya kesalahan, dapat mengetahui kecepatan proses eksplorasi, statistik gua, arah lorong, posisi dan lain-lain secara langsung (real time) tanpa harus keluar dari gua terlebih dahulu.

Dibadingkan software yang berjalan pada PC/Mac, Palm OS jelas lebih murah dan lebih nyaman dipergunakan di lingkungan bawah tanah. Sekalipun begitu, Auriga ini tidak ditujukan untuk menggantikan software yang demikain banyak berjalan di PC/ Mac yang menggunakan sistem operasi Windows atau Macintosh, tetapi dapat menjadi sebuah perangkat pelengkap. Yaitu sebagai perangkat perekam data, belakangan data dapat ditransfer ke PC/ Mac untuk diproses lebih lanjut.


Gambar tampilan Auri4ga di Palm OS.
(Sumber : http://www3.sympatico.ca/leblanc.luc/auriga/)



Alat Survai Non Magnetik
Alat survai untuk memetakan gua yang tidak berbasis magnetik juga mengalami kemajuan yang sangat besar. Theodolit konvensional yang berbasis optik, sekarang mengandalkan sinar infra merah untuk "menembak" target. Dengan menggunakan infra merah ini kesalahan akibat refraksi sinar oleh beda tekanan udara dapat dikurangai. Ketelitian dan akurasinya juga makin tinggi.

Ditambah lagi kemampuan menyimpan data survai sehingga tidak perlu lagi dilakukan kegiatan pencatatan data yang menambah kemungkinan kesalahan data akibat pencatatan. Data yang tersimpan di dalam internal memory, dapat langsung di-download pada komputer. Biasanya theodolite ini disertai dengan software bawaan. Dengan menggunakan softaware ini, data hasil survai dapat langsung diproses untuk mendapatkan hasil-hasil yang diinginkan. Pekerjaan-pekerjaan dalam pengolahan data yang biasanya memakan waktu cukup banyak, dapat dilakukan dalam waktu singkat. Termasuk koreksi dan kalibrasi.

Dengan resolusi dan akurasi yang tinggi, maka penggunaan theodolite ini dipergunakan dalam proyek-proyek pengembangan dan pemanfaatan gua yang membutuhkan ketelitian pemetaan sangat tinggi. Misalnya dalam penentuan titik bor, seperti di Gua Bribin.




Gambar Penggunaan Theodolite di Gua Bribin
(Sumber http://www.hoehlenbewirtschaftung.de/Images/Jul2003/En.html)



Sensor Image 3D

Selama ini dalam dunia pemetaan gua dikenal survai magnetik, yang menggunakan kompas, dan non magnetik (Grade X) yang menggunakan theodolite, baik yang buatan sendiri maupun buatan pabrik. Alat survey berikut ini tidak secara khusus dibuat untuk pekerjaan survai gua. Namun kemampuan dan fungsinya dapat dipergunakan untuk merekam situasi gua secara langsung. Prinsipnya adalah alat ini mempergunakan LASER untuk melakukan scanning (pemindaian) terhadap bagian yang dituju. Kemudian merekam hasil scanning direkam dalam komputer dan diolah hingga mendapatkan gambar tiga dimensi yang sama dengan profil target.

Alat ini terintegrasi dengan software yang dibuat secara khusus untuk dipergunakan bersama alat ini serta kamera untuk kalibrasi warna yang beresolusi tinggi. Kombinasi dari komponen-komponen survai metode ini (scanner, software, kamera) memberikan hasil: mesh tekstur yang beresolusi tinggi secara otomatis, rekonkstruksi tiga dimensional menyerupai foto, identifikasi detail yang persis sama, pengukuran posisi dan jarak secara online, setting secara online dari berbagai sudut pandang.

Ketelitian dan akurasi alat in cukup tinggi. Keakuratannya dalam pembidikan tunggal adalah 10 mm, dan bila dengan rata-rata adalah 5 mm. ketelitian pengukuran adalah 5 mm.

Di bawah ini adalah gambar-gambar yang pernah diambil penulis di www.riegl.com, sayangnya sekarang situs ini sudah di-update dengan meniadakan gambar-gambar di bawah ini beserta artikelnya yang mendeskripsikan pelaksanaan scanning di dalam gua



Gambar alat scan dan skema koneksi dengan laptop





Gambar tahap-tahap scanning situasi lorong gua





Gambar hasil scanning
Dalam situs resmi produsen alat ini, tidak ditampilkan scanning lorong gua dari lantai hingga ke atap.

Guideline Konservasi

Gua adalah lingkungan yang unik dan rentan, untuk itu harus dikonservasi secara aktif jika mungkin dipelihara sesuai dengan kondisi aslinya. Alasan dari kerentanannya adalah bahwa membutuhkan banyak waktu untuk membentuk suatu fitur, sebuah formasi kalsit yang dirusak caver yang kikuk dapat membutuhkan waktu ribuan tahun untuk perbaikan.

Bagaimanapun, bentukan bukan satu-satunya di dalam gua yang harus dilindungi, Fauna & Flora (binatang (termasuk kelelawar), pakis, jamur, dll) cenderung sungguh jarang dan dalam beberapa kasus mungkin hanya didapati pada satu gua tau kelompok gua. Banyak gua mengandung peninggalan arkeologi, baik manusia dan tumbuhan atau fitur penting (tentu saja tambang adalah fitur sejarah itu sendiri).

Beberapa gua juga mengandung fitur penting misalnya deposit endapan. Kerusakan terhadap gua dapat dibagi menjadi dua kategori internal dan eksternal. Kerusakan eksternal adalah yang bekerja terhadap gua, oleh manusia di surface, secara langsung terhadap gua (penggempuran gua dan penggalian penambangan) atau tidak langsung dengan merusak land use (misalnya penggunulan hutan). Internal adalah kerusakan terjadi pada gua oleh penelusur gua.

Kerusakan eksternal dapat dikurangi oleh caver yang memiliki hubungan baik dengan pemilik tanah, dan dengan rasing profile dan pengetahuan tentang gua.

Kerusakan internal dapat dicegah dengan mengikuti guidaline konservas dasar, dan dengan penggunaan pengamatan yang baik dan common sence whilst moving through the cave. Konservasi tidak hanya penting di dalam gua tetapi juga diluar, harus berhati-hati untuk menanamkan 'aturan daerah' (misalnya menghindari perusakan pagar dan dinding, jangan menjatuhkan sampah (dan ambillah jika anda menemukan), keep resonably quite, jangan tutup pintu dengan mobil, dll) dan ikutilah perjanjian akses ke gua. Dengan mengikuti peraturan umum dan sederhana anda dapat menjaga gua hal, melindungi lingkungan gua yang lembut untuk generasi mendatang dan melindungi akses untuk caver jaman sekarang.

Guidelines Konservasi:

* Jangan pernah memasuki area yang dilarang dan melakukan observasi rute yang diberi tanda-tanda.
* Jangan buang sampah (misalnya pembungkus coklat, peralatan yang rusak)
* Jangan sentuh sesuatu terhadap peninggalan arkeologi atau sejarah (misalnya tulang, peralatan penambangan yang tua)
* Ekstra hati-hatilah saat melihat atau memfoto bentukan dan jangan menyentuhnya
* Selalu pergunakan pengaman alami jika aman dan tersedia dan jangan tambahkan bold baru jika bold yang lama masih aman dan tersedia.
* Pastikan bahwa anda berperan sebagai contoh yang baik
* Laporkan adanya perusakan
* Jangan ganggu kelelawar (misalnya bising, atau menyorotkan sinar kepada mereka) terutama dalam musim panas (berkembang biak) dan musim dingin (hibernation).
* Jangan pernah mengambil foto kelelawar karena akan mengganggunya (dan ini melanggar peraturan termasuk di UK)
* Selalu ikuti syarat-syarat perijinan (dapat diperoleh dari guide dan hand book)
* Orang baru atau penelusuran pelatihan harus dilakukan di gua-gua yang memiliki nilai konservasi rendah dan dengan pengaawasan yang cukup.
* Kelompok penelusuran diusahakan kecil dan dipimpin oleh pemimpin yang cakap.
* Hindari penggunaan lampu karbit (diusahakan) dan jangan pernah membuang karbit yang sudah dipakai.

Kode Etik Penelusuran Gua

Setiap kegiatan dan komunitas pasti memiliki aturan main tertentu, juga kegiatan dan komunitas penelusur gua. Lalu bagaimana dengan Kode etik untuk penelusur gua?, Yang pertama adalah, Setiap penelusur gua menyadari bahwa gua merupakan lingkungan yang sangat sensitif dan mudah tercemar. Karenanya penelusur gua harus :

Tidak mengambil sesuatu kecuali mengambil potret (Take nothing but picture.)
Tidak meninggalkan sesuatu, kecuali jejak kaki (Leave nothing but footprint)
Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu (Kill nothing but time)

2. Setiap penelusur gua sadar, bahwa setiap bentukan alam didalam gua dibentuk dalam kurun waktu RIBUAN TAHUN.Setiap usaha merusak gua, mengambil/ memindahkan sesuatu didalam gua itu TANPA TUJUAN JELAS dan ILMIAH SELEKTIF, akan mendatangkan kerugian yang tidak dapar ditebus.


3. Setiap menelusuri gua dan menelitinya, dilakukan oleh penelusur gua dengan penuh RESPEK, tanpa mengganggu dan mengusir kehidupan bota dalam gua.

4. Setiap penelusur gua menyadari bahwa kegiatan speleologi, baik dari segi olah raga/ segi ilmiahnya BUKAN MERUPAKAN USAHA YANG PERLU DIPERTONTONKAN DAN TIDAK BUTUH PENONTON.

5. Dalam hal penelusuran gua, para penelusur gua harus bertindak sewajarnya . Para penelusur gua tidak memandang rendah keterampilan dan kesanggupan sesama penelusur. Sebaliknya, seseorang penelusur gua dianggap melanggar etika, bila memaksakan dirinya untuk melakukan tindakan-tindakan diluar batas kemampuan fisik dan tekniknya, serta kesiapan mentalnya.

6. Respek terhadap sesama penelusur gua, ditunjukkan setiap penelusur dengan cara :

1. Tidak menggunakan bahan/ peralatan, yang ditinggalkan rombongan lain tanpa seizin mereka.

2. Tidak membahayakan penelusur lainnya, seperti melempar kedalam gua, bila ada orang didalam gua, memutuskan/ MENYURUH memutuskan tali yang sedang digunakan rombongan lain.

3. Tidak menghasut penduduk sekitar gua untuk melarang/ menghalang-halangi rombongan lain untuk memasuki gua, karena tidak satupun gua di Indonesia milik perorangan, kecuali bila gua itu dibeli yang bersangkutan.

4. Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila ada rombongan lain yang diketahui sedang melakukan pekerjaan yang sama dan belum MEMPUBLIKASIKANNYA DALAM MEDIA MASSA/ dalam MEDIA ILMIAH.

5. Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalau anda belum yakin betul bahwa tidak ada orang lain, yang juga telah menemukan pula sebelumnya, dan jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi SENSASI dan AMBISI PRIBADI, karena hal ini berarti membohongi DIRI SENDIRI dan DUNIA SPELEOLOGI

6. Setiap usaha penelusuran gua merupakan usaha bersama. Bukan usaha yang dicapai sendiri. Karenanya, setiap usaha mempublikasikan suatu hasil penelusuran gua, tidak boleh dengan cara MENONJOLKAN PRESTASI PRIBADI, tanpa mengingat bahwa setiap penelusuran gua merupakan kegiatan team.

7. Dalam suatu publikasi, jangan menjelek-jelekkan nama sesama penelusur walaupun si penelusur berbuat hal-hal yang negatif, kritik terhadap sesama penelusur akan memberi gambaran negatif terhadap semua penelusur.


KEWAJIBAN PENELUSUR GUA

1. Dunia speleologi diberbagai negara meneruskan himbauan kepada semua penelusur, agar lingkungan gua di jaga kebersihannya, kelestariannya dan kemurniannya.

2. KONSERVASI LINGKUNGAN GUA, harus menjadi tujuan utama speleologi dan di lakukan sebaik-baiknya oleh setiap penelusur gua.

3. MEMBERSIHKAN GUA serta lingkungannya, menjadi kewajiban pertama penelusur gua

4. Apabila sesama penelusur gua MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN DARURAT, setiap penelusur gua lainnya wajib memberi pertolongan, itu dalam batas kemampuannya.

5. Setiap penelusur gua wajib menaruh RESPEK TERHADAP PENDUDUK DI SEKITAR GUA. Karena mintalah ijin seperlunya, bila mungkin, secara tertulis dari yang berwenang. Jangan membuat onar/ melakukan tindakan-tindakan yang melanggar ketentaraman/ menyinggung persaan penduduk.

6. Bila meminta ijin dari instansi resmi, maka harus dirasakan sebagai KEWAJIBAN UNTUK MEMBUAT LAPORAN DAN MENYERAHKANNYA KEPADA INSTANSI TERSEBUT. Apabila telah meminta nasehat kepada kelompok penelusur/ seorang ahli lainnya, maka laporannya wajib pula diserahkan kepada penelusur/ penasehat perorangan itu.

7. BAGIAN-BAGIAN YANG BERBAHAYA PADA SUATU GUA, WAJIB DIBERITAHUKAN KEPADA KELOMPOK PENELUSUR LAINNYA, apabila anda mengetahui ada kelompok lain yang menelusuri gua tersebut.

8. DILARANG MEMAMERKAN BENDA-BENDA MATI/ HIDUP YANG DITEMUKAN DI DALAM GUA, UNTUK KALANGAN NON PENELUSUR GUA/ NON AHLI SPELEOLOGI. Hal itu untuk menghindari dorongan kuat, yang hampir pasti timbul, untuk mengambili benda-benda itu, guna koleksi pribadi. Bila dirasakan perlu maka hanya dipamerkan foto-fotonya saja.

9. TIDAK MENGANJURKAN MEMPUBLIKASIKAN PENEMUAN-PENEMUAN DI DALAM GUA, sebelum yakin betul adanya usaha perlindungan dari yang berwenang. Perusakan gua oleh orang awam menjadi tanggung jawab si penulis berita, apabila mereka mengunjungi gua-gua tersebut sebagai akibat publikasi dalam media massa.

10. Di berbagai negara, SETIAP MUSIBAH YANG DIALAMI PENELUSUR GUA WAJIB DILAPORKAN KEPADA SESAMA PENELUSUR, melalui MEDIA SPELEOLOGI yang ada. Hal ini perlu untuk mencegah terjadinya musibah lagi.

11. Menjadi kewajiban mutlak penelusur gua, untuk MEMBERITAHUKAN KEPADA KELUARGA REKAN TERDEKAT, KE LOKASI MANA IA AKAN PERGI DAN KAPAN AKAN PULANG. Di tempat terdekat lokasi gua WAJIB MEMBERITAHUKAN PENDUDUK, NAMA DAN ALAMAT para penelusur dan KAPAN akan diharapkan selesai menelusuri. Wajib memberitahukan kepada penduduk SIAPA YANG HARUS DIHUBUNGI, APABILA PENELUSUR GUA belum keluar pada waktu yang telah ditentukan.

12. Para penelusur gua WAJIB MEMPERHATIKAN KEADAAN CUACA. Wajib meneliti apakah ada bahaya banjir di dalan gua, sewaktu turun hujan lebat, dan meneliti lokasi-lokasi mana di dalam gua yang dapat dipakai untuk menyelamatkan diri dari banjir.

13. Dalam setiap musibah, setiap penelusur gua wajib bertindak dengan tenang, tanpa panik, dan wajib PATUH PADA INSTRUKSI PEMIMPIN PENELUSUR GUA/ WAKILNYA.

14. Setiap PENELUSUR GUA WAJIB MELENGKAPI DIRINYA DENGAN PERLENGKAPAN DASAR, pada kegiatan yang lebih sulit menggunakan perlengkapan yang memenuhi syarat. Ia wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan, tentang penggunaan peralatan itu sebelum menelusuri gua.

15. Setiap penelusur gua WAJIB MELATIH DIRI DALAM PERBAGAI KETERAMPILAN GERAK MENELUSURI GUA DAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT yang dipergunakan.
16. Setiap penelusur gua WAJIB MEMBACA BERBAGAI PUBLIKASI MENGENAI GUA, LINGKUNGAN GUA DAN PERALATAN, AGAR PENGETAHUANNYA TETAP BERKEMBANG. Bagi yang mampu melakukan penelititan dan observasi ilmiah, diwajibkan menulis publikasi agar sesama penelusur/ ahli speleologi lainnya dapat menarik manfaat dari makalah-makalah tersebut.

Dampak Penelusur Terhadap Gua

Penelusuran gua, sekalipun dilakukan dengan hati-hati tetap dapat membahayakan gua dan isinya. Bagaimana solusi terbaiknya? Satu rangkaian penggunaan gua oleh manusia dapat diringkas kurang lebih adalah sebagai berikut: penggunaan gua oleh masyarakat lokal - penjelajahan oleh speleologiwan - peningkatan kunjungan gua sebagai kegiatan caving rekreasi - penelitian ilmiah - penipisan sumber daya fisik dan biologi - dan akhirnya perlindungan terhadap apa yang tersisa.

Pemadatan sedimen dan pengeruhan air

Rencana konservasi gua harus mempertimbangkan dampak pengunjung terhadap fauna bawah tanah. Dampak biologis dari kunjungan gua yang berulang kali, jauh lebih berbahaya daripada pengaruh fisik yang berupa pemadatan sedimen, pengotoran flowstone dan erosi. Banyak binatang gua yang binasa oleh sepatu boot penelusur gua, bahkan belakangan penelusur gua tersebut tidak mengetahui keberadaan binatang-binatang tersebut. Kunjungan berulang kali memadatkan sedimen dan menghilangkan habitat potensial dan dapat menghasilkan peningkatan aliran air serta erosi aliran-aliran kecil di turunan-turunan pada flow stone dan dripstone.

Longsoran sedimen akibat dilewati oleh caver, dapat masuk kedalam air sehingga mencekik fauna yang hidup atau hidupan lain yang ada di dalam air tersebut. Sedangkan fauna aquatik ini sangat besar pengaruhnya terhadap ekosistem gua.

Perhatikan!! Anggap saja bahwa tim anda sedang memasuki gua yang "perawan". Di suatu lorong yang berlumpur tebal (katakanlah lebih dari 30 cm), sehingga jalanpun susah. Dan di lumpur ini seringkali dijumpai fauna terestrial (fauna daratan), sampai berukuran milimeter. Di salah satu atau beberapa bagiannya terdapat saluran air atau parit-parit kecil. Di jalur air ini, biasanya lumpur lebih padat sehingga lebih mudah dilalui. Namun di air ini pula hampir selalu hidup fauna aquatik yang tidak dapat hidup di lumpur disekitarnya, ukurannya pun juga sangat kecil. Jalur mana yang anda pilih untuk melewati lorong ini?

Jalur yang pertama kali dilewati oleh penelusur pertama, cenderung untuk diikuti oleh kunjungan berikutnya. Maka, jika anda spesialis gua "perawan", harap berhati-hati dalam menentukan jalur penelusuran!!!

Masuknya Energi Tambahan

Masuknya sumber energi tambahan kedalam gua adalah salah satu cara dimana caver (penelusur gua) dapat merubah ekosistem gua secara drastis atau pelan-pelan. Sementara, banyak gua yang flora atau faunanya dapat bertahan hidup karena energi yang ada di dalam gua rendah dan konstan. Sebagian lain membutuhkan energi lebih besar. Dan ini bisa terbawa masuk oleh caver.

Caver dapat memanaskan lingkungan gua dengan panas tubuhnya sendiri, sehingga ini menyediakan energi tambahan dari kondisi semula. Di Gua Remouchamps, Belgia, satu rombongan wisatawan terdiri dari 87 orang, telah menaikkan suhu udara gua 1,5°C selama kunjungan lima menit (Merenne-Schoumaker 1975).

Sumber energi tambahan, dapat dihasilkan dari sisa-sisa makanan caver. Disarankan bahwa setiap caver membawa lembaran plastik, dimana caver duduk diatasnya saat dia makan. Di sekitar tubuh caver akan tersebar sisa-sisa atau remah makanan - coklat, biskuit, tetesan - yang mewakili peningkatan ketersediaan energi di dalam gua. Hal-hal ini menjadi tempat yang potensial untuk kolonisasi jamur dan bakteri, atau mekanan fauna gua.

Penelusur gua juga harus memilih jenis pakaian yang dikenakan. Sweaters dan jenis lain yang menghasilkan bulu tidak boleh dipakai sebagai pakaian lapis luar. Di lorong yang sempit, pakaian semacam itu akan meninggalkan serabut kecil dan bulu yang asing terhadap lingkugan gua

Racun

Pembuangan karbit adalah sarana yang potensial untuk membunuh fauna gua, terutama gua dengan sistem energi rendah dimana menghasilkan reaksi sisa selama beberapa minggu. Karbit kalsium bereaksi menghasilkan gas asetilene dan kapur. Dan mungkin dapat berisi unsur lain seperti sulfit dan logam tertentu. Senyawa ini dapat terlepas ke aliran gua atau air bawah tanah dan mengotorinya. Beberapa gua di Taman Nasional Sequoia dan Kings Canyon di Amerika, penelusur gua tidak boleh menggunakan lampu karbit sebagai penerangan.

Disamping itu, di beberapa gua di Taman Nasional tersebut, pengujung juga dilarang membawa segala macam bentuk tembakau. Termasuk rokok, cerutu, tembakau sedot, dan tembakau kunyah

Kerusakan ornamen

Beberapa gua memiliki area "tidak boleh ada sepatu" yang mana melewati bentukan gua yang lembut. Kaos kaki wool dapat menyebabkan masalah yang sama di area ini dan tidak boleh dipakai sebagai lapisan terluar saat berjalan pada flowstone atau rimstone.

Gua lain mungkin mengharuskan cavers harus menggunakan boot dengan sol ringan

Jika melewati bagian lantai yang halus dan sensitif, jika perlu jalur dialasi dengan lembaran plastik.

Kamis, Agustus 28, 2008

Fotografi Gua

Keindahan tersembunyi
Angker dan keramat......begitulah kesan kebanyakan orang terhadap gua, memang tidak salah apabila masyarakat beranggapan demikian, selain sebagai salah satu bentuk local wisdom akibat masih lekatnya nilai-nilai budaya dan kepercayaan nenek moyang, anggapan tersebut setidaknya turut menjaga gua dari tangan-tangan jahil manusia yang tidak bertanggungjawab. Tanpa kita sadari....betapa banyak gua-gua yang tersebar di negeri kita ini, melalui proses yang sangat panjang gua-gua tersebut mulai terbentuk, dalam keheningan dan kegelapan abadi. Selama ribuan tahun air bekerja siang dan malam melarutkan gram demi gram batugamping, menoreh....memotong....mengikis, semua berjalan begitu tenang. Sungguh sangat berbeda dengan pembangunan mall-mall atau jembatan oleh manusia, begitu berisik dan terkadang mengganggu siapapun yang ada di sekitarnya.

Menelusuri gua, bagi manusia sebenarnya sangat membahayakan. Kondisi lorong gua yang berlumpur, berair dalam, sempit, gelap gulita dan kadang membentuk sumuran dengan kedalaman puluhan hingga ratusan meter memaksa setiap penelusurnya memiliki ketrampilan khusus, dari teknik penelusuran biasa hingga Single Rope Technique (teknik melewati tali tunggal). Ketrampilan khusus lain seperti berenang, panjat tebing dan menyelam akan sangat membantu setiap penelusur gua,

Beragam latar belakang ketika manusia memutuskan untuk menelusurinya, sekedar petualangan, pemetaan gua, penelitian ilmiah, survey kelayakan wisata, hingga penggalian potensi air bawah tanah, semuanya sah dilakukan selama pelakunya bertanggungjawab terhadap faktor keselamatan diri dan lingkungannya.

Bagian dari pilihan hidup
Sebagai seseorang yang memiliki hobi memotret, gua merupakan obyek yang sangat menarik perhatian saya selama ini. Kondisi medan yang serba ekstrem baik bagi penelusur maupun peralatan fotografi, membawa konsekuensi logis yang cukup berat, setidaknya kita harus merelakan properti kita berperang dengan kelembaban yang tinggi, belepotan lumpur, tercelup air dan kadang terbentur sesuatu, sehingga pilihan terakhir yang tidak bisa di tawar adalah mem-packing segala sesuatu yang berhubungan dengan pemotretan dengan ekstra baik.

Menyadari potensi bahaya yang ada merupakan sebuah langkah bijak, apapun bisa terjadi dalam penelusuran kita, karena itu penelusuran gua tidak bisa dilakukan seorang diri. Jumlah minimal yang direkomendasikan adalah 3-4 orang, masing-masing tentunya dengan 3 buah sumber cahaya (carbide lamp atau electric lamp) dan seperangkat alat safety seperti helm, sepatu boot, coverall serta SRT set untuk lorong vertikal.

Sebuah kamera SLR analog dengan lensa zoom 35-70 mm masih menjadi sahabat saya dalam pemotretan gua hingga saat ini, selain ringkas dan “bandel”, kebutuhan akan efisiensi pasca pemotretan masih belum begitu mendesak, meskipun beberapa kali eksperimen dengan kamera saku digital mampu memberikan hasil “bersaing” dalam hal kepraktisan maupun kualitas gambar. Bahkan secara jujur saya akui ada beberapa kelebihan pada kamera digital seperti kekayaan warna dan tingkat kekontrasan gambar yang lebih baik.

Open Flash
Jarak pandang yang hanya beberapa meter ke sekitar kita, dengan lorong yang terkadang hanya muat sebatas badan tidaklah begitu saja membuat seorang pemotret gua menyerah. Dunia fotografi sedemikian luwesnya, begitu fleksibel. Tidak ada satu kondisi pun yang tidak dapat didokumentasikan selama masih ada kemauan yang kuat dari fotografer.

Tiga buah flash yang telah dibungkus plastik transparan….dengan slave units, kamera yang terpasang pada modus bulb dan tersandar kokoh pada tripod, dengan satu komando dari fotografer, maka gambar demi gambar akan segera terekam. “Open Flash” begitulah kita menyebutnya, tidak ada satu pun flash yang kontak dengan body kamera, sebagai gantinya rekan satu tim bertugas sebagai operator flash.

Pengarahan dari fotografer menjadi penting bagi operator flash, berkaitan dengan konsep foto yang direncanakan dan pencahayaan. Menjaga mood operator flash menjadi tantangan tersendiri bagi fotografer gua, karena bekerja dalam kondisi yang sulit dan tertekan oleh situasi dan kondisi akan cepat membuat sifat asli seseorang muncul ke permukaan.

Open flash membuat kita lebih leluasa memunculkan beberapa efek pencahayaan, termasuk kedalaman dimensi dalam gambar, frontlight….sidelight…backlight…atau bahkan kombinasi antara ketiganya. Dalam beberapa hal saya masih terkesima dengan efek dramatis yang dihasilkan oleh backlight.

Try and Error
Banyak hal yang akan memaksa kita beberapa kali harus menekan tombol shutter untuk obyek yang sama, faktor kegelapan total sering membuat hasil bidikan kita tidak fokus, penggunaan speed lambat membuat camera shake, kabut dari tubuh kita membuat flash tak mampu menembus objek dengan kualitas cahaya cukup sehingga gambar under exposure, dinding gua yang terlapisi mineral kalsit (yang berwarna putih) memantulkan cahaya berlebihan menyebabkan over exposure, kelembaban sering membuat kamera kita macet dan flash cepat lowbatt.

Ketenangan, kesabaran dan tim yang memahami konsep yang diinginkan fotografer setidaknya harus menjadi prioritas disamping faktor safety procedure penelusuran. Beberapa kali toleransi dan perubahan setting pencahayaan juga perlu di lakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Gua menyediakan semua hal yang menarik untuk di potret, bentuk lorong, ornamen gua, aktivitas penelusur, biota gua dan lain sebagainya. Namun jangan pernah terlena oleh dramatisnya hasil pemotretan kita di gua, karena setiap saat potensi bahaya selalu mengancam keselamatan jiwa kita dan rekan-rekan kita. Peraturan tak tertulis dalam kegiatan alam bebas mengatakan “Setiap langkah kita dari pintu rumah menuju alam liar membawa kita pada suatu batas tipis ketidakpastian”.

Selasa, Agustus 19, 2008

Rumah Kita

Climbing Lagii... weee

Climbing Yuuk...

Jumat, Agustus 15, 2008

KETUA UMUM PALAFNE 2008/2009………..











Setelah pelaksanaan rangkaian MUBES selama 2 minggu,maka terpilihlah saudara DWI HARYONO PUTRO alias JONO bin Semi sebagai Ketua Umum PALAFNE periode 2008/2009……


BIODATA :
-NAMA : DWI HARYONO PUTRO
-NPA : 05/PLF/XV/079
-TTL : KUTAI,22 MARET 1987
-CP : 085643588333

Sedikit kisah hidup mengenai saudara kami tercinta….

lahir sebagai anak ke-2 dari 3 bersaudara pada tanggal 23 maret 1987 di daerah Kutai (wong dayak kok ireng???)….karir di PALAFNE dimulai dengan mengikuti DIKLATSAR tahun 2005,setelah melakukan pengabdian sebagai anggota muda kemudian menduduki posisi Kadiv Air periode 2006/2007.Kemudian pada periode 2007/2008 menduduki posisi Kabid Operasional PALAFNE,dan pada akhirnya pada periode 2008/2009 berhasil menduduki KETUA UMUM PALAFNE……Memiliki berbagai kisah percintaan yang begitu dipenuhi intrik layaknya opera sabun,dan pada akhirnya sampai saat ini masih berstatus jomblo tulen…hehehe…..

Semoga dengan terpilihnya saudara JONO sebagai KETUA UMUM PALAFNE 2008/2009 dapat menjadikan PALAFNE lebih baik….

mapala.net

Rabu, Agustus 13, 2008

Pengumuman Pendakian Gunung Semeru

Sehubungan dengan Surat Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nomor : 1533/45-03/BGV/2008 tanggal 4 Agustus 2008 tentang Pendakian G. Semeru dan menarik Pengumuman No. : PG. 499/21/BT-1/2008 tanggal 9 Juni 2008, tentang kegiatan pendakian G. Semeru ( 3.676 M.dpl ).
Dalam rangka pelaksanaan Upacara Bendera (Renungan Suci) untuk memperingati HUT RI ke 63 tahun 2008 dan untuk mengakomodir minat para Pecinta Alam maka PENDAKIAN KE PUNCAK G. SEMERU BISA DILAKSANAKAN MULAI TANGGAL 15 s/d 17 AGUSTUS 2008.

Adapun realisasi pelaksanaannya akan kami berlakukan sistem kuota, yaitu tiap harinya hanya 600 ( enam ratus ) orang dan pada tanggal 18 Agustus Puncak G. Semeru harus sudah tidak ada kegiatan. Untuk kegiatan PENDAKIAN G. SEMERU sesudah tanggal 17 Agustus 2008 DAPAT DILAKUKAN HANYA SAMPAI KALIMATI / BATAS AKHIR MAKSIMUM SAMPAI KALIMATI.

Kami senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan apabila sewaktu-waktu terjadi perubahan aktivitas vulkanik Gunung Semeru maka pengumuman ini akan ditinjau kembali.
Kepada para Pecinta Alam dan Peminat Pendakian Gunung yang akan melakukan kegiatan pendakian Gunung Semeru / mengikuti Upacra Bendera agar tetap mematuhi aturan yang berlaku, yaitu dengan mengajukan surat permohonan ijin pendakian kepada Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Demikian pengumuman ini kiranya dapat disebarluaskan kepada segenap Pecinta Alam dan Peminat Pendakian Gunung serta pihak-pihak terkait. Atas perhatian dan kerjasama yang baik disampaikan terima kasih.

Malang, 06 Agustus 2008
Plh. Kepala Balai Besar,



Drs. Suwarto, MM
NIP. 080040607

http://www.bromotenggersemeru.com/

Ayo Agustusan di Puncak Gunung!

Rabu, 13/08/2008 15:31 WIB Ken Yunita - detikNews
Gunung di Indonesia Relatif Aman


Jakarta - Peringakatn proklamasi kemerdekaan RI kerap dirayakan di puncak gunung. Untuk memberi rasa aman, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG) telah memantau 66 gunung api aktif di Indonesia.

Hasilnya, hingga 11 Agustus, 15 gunung api berstatus waspada (level II). Gunung-gunung itu adalah Anak Krakatau, Dukono, Soputan, Semeru, Lewotobi, Egon, Gamalama, Papandayan, Lokon, Talang, Kelud, Karangetang, Kerinci, Gamkonora, dan Bromo.

Demikian rilis yang dilansir PVG dalam situs www.esdm.go.id, Rabu (13/8/2008).

Selain itu, satu gunung api yakni Gunung Ibu di Kecamatan Ibu Utara, Halmahera Barat, Maluku Utara dinyatakan siaga (level III). Untuk gunung yang satu ini, PVG mengimbau agar pendaki tidak melakukan aktivitas di sekitar gunung itu.

Selain itu, untuk kenyamanan pengunjung, terdapat juga Crisis Center Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencara Geologi 24 jam. Siapa saja dapat mencari informasi melalui telepon 022-7272606, 7271402, atau faksimile 022-7202761.

"Atau bisa datang langsung di Jalan Diponegoro Nomor 57 Bandung. Crisis Center sudah mulai bekerja sejak 11 Agustus 2008," demikian bunyi pengumuman dalam situs itu.

Pendaki Harus Waspada


Meski gunung api dan kawah dinyatakan cukup aman, para pengunjung tetap diharuskan waspada khususnya pada saat tidak ada Matahari. Pada dasarnya, gas kawah gunung api aktif berbahaya jika terhirup.

"Pendaki harus waspada ketika mendekati area kawah aktif khususnya saat cuaca mendung, hujan, sore atau malam hari," demikian tips dari PVC untuk para pendaki.

Selain itu, aktivitas gunung api juga dapat meningkat secara tiba-tiba. Gunung api dapat menghembuskan gas/asap atau dapat juga berupa letusan freatik/uap air.

Pada beberapa gunung api aktif yang mempunyai kubah lava yang tidak/belum stabil berpotensi terjadinya guguran kubah lava. Karena itu, ada baiknya jika pada pendaki berkoordinasi lebih dulu dengan PVG sebelum mendaki gunung.(ken/nrl)

http://www.detiknews.com/

event terkait:
Pendakian Merbabu
Gede Pangrango